Translate

Kamis, 28 April 2011

Doa Bersyukur

Doa Bersyukur

oleh Soma Jenar pada 19 Maret 2010 jam 3:43


Ya Allah kepunyaan-Mulah segala puji,

Engkaulah penegak langit dan bumi

dan apa yang ada di dalamnya,

Kepunyaan-Mulah segala puji,

bagi-Mu kerajaan langit dan bumi

dan apa yang ada di dalamnya,

untuk-Mulah segala puji penerang langit dan bumi

untuk-Mulah segala puji,



Engkau haq dan janjimu haq (benar)

firman-Mu haq, surga dan neraka adalah haq,

Nabi Muhammad SAW adalah haq,

dan hari kiamat adalah haq.



Ya Allah,

kepada-Mulah

aku berserah diri,

kepada-Mu aku beriman,

kepada-Mu aku bertawakal,

kepada-Mu aku bersandar hukum.

Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun,

Engkau mencintai pengampunan

maka ampunilah aku.



**



Rabbi auzi’nii an asykura ni’matakallatii an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardlohu wa adkhilnii bi rohmatika fi ‘ibaadikash-sholihin. Irhamna Ya arhamarrohimiin.



“Ya Tuhanku, berilah aku kekuatan

untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu

yang telah Engkau anugerahkan kepadaku

dan kepada kedua orang tuaku, dan untuk mengerjakan

amal saleh yang Engkau ridhoi, serta memasukkan aku

dengan rahmat-Mu ke dalam golongan

hamba-hamba-Mu yang saleh.

Kasihilah kami wahai Yang

Maha Penyayang

diantara para

penyayang.”

Amiin

· · Bagikan · Hapus
    • Wulan Dari ‎" Bersyukurlah dan berbahagialah setiap kali kita mendengar keberhasilan orang lain.Sekecil apapun ...Sebesar apapun ..."
      19 Maret 2010 jam 4:44 ·
    • Soma Jenar ‎"Ya, Allah. Tiada sesuatu pun yang luput dari pengetahuanMu. Ampunilah aku dan kakakku. Kabulkanlah segala do'a kakakku. Bersihkanlah hatiku dan berikanlah kemuliaan hidup untuk kakakku di dunia dan akhirat."
      (^_^)
      19 Maret 2010 jam 5:14 ·
    • Nari Asih Amien...!! Fabiayyi allaa Irobbikumaa Tukadibaan...
      " Maka, nikmat Tuhanmu yg manakah yg engkau dustakan???"
      Yes, hnya Syukur.... Mksi bung :)
      19 Maret 2010 jam 5:33 ·
    • Iymaz Scientist ALLAHHU AKBAR ,,
      19 Maret 2010 jam 12:47 melalui Facebook Seluler ·
    • Nurul Cahyaning Yulianti
      Aminn...
      Terimakasih mas..

      btw, ndak makan soto lagi?
      19 Maret 2010 jam 20:41 ·
    • Soma Jenar hehehe.....masama mba...., menu malam ini nasi pecel mba.....^_^
      19 Maret 2010 jam 20:50 ·
    • Nurul Cahyaning Yulianti
      wisss.....sedapp....mau...kirim ke jakarta ya.
      19 Maret 2010 jam 20:51 ·
    • Soma Jenar hahahaha.....boleh..boleh.. entar paket lewat kereta taksaka aja ya....^_^
      19 Maret 2010 jam 20:58 ·
    • Sapuroh Lv D Amien Amien Yarabalallamin,Subhnallah Indahny Stiap Doa2 yg kt Pnjtkn Termksh bng Smga kt smua sllu dlm lndungan Allah SWT,slmt Dunia Akhrat Amien
      19 Maret 2010 jam 21:28 melalui Facebook Seluler ·
    • Dhian Sardhi siip
      19 Maret 2010 jam 21:46 ·
    • Wulan Dari nuwun do'ane yo...le... adhiku ....pangestuku yo kanggo kowe..yo..le.... ^_^
      20 Maret 2010 jam 0:09 ·

Andai aku jadi...............

Andai aku jadi...............

oleh Soma Jenar pada 24 Maret 2010 jam 16:41

Politikus apa Poli-Tikus ?


Andai-andaiku, anganku kali ini membingungkan aku sendiri, politikus apa poli-tikus ?
Oh tak pedulilah, sama atau tidak ?
Yang jelas saat ini gambarku bertebaran keberbagai pelosok negeri, kota, daerah, dan pedesaan. Kutebar senyum melebihi senyuman para selebritis. Kupakai kopyah dan kerudung, walaupun setiap harinya kutak pernah memakainya karena kutak tahu apa gunanya kopyah dan kerudung tersebut.

Kuhabiskan uang ratusan juta untuk membuat baliho, poster, spanduk, poster yang memajang senyuman dan janji-janjiku. Terkadang kuberikan sembako pada kalayak rakyat kecil sebagai sedekah, kuberi nama sedekahku dengan "Sadaqah politik" yaitu sedekah dengan harapan bukan untuk mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa tetapi, sedekah yang mengharap agar orang yang kusedekahi memilihku untuk mendapatkan kursi. Aku rela berbasah-basah dan berkotor-kotor, celana dan jas safariku yang mahal kurelakan terkena lumpur demi mengunjungi para korban bencana alam, dengan harapan mereka menganggap aku peduli kepada sesama yang tertimpa musibah dan kedatanganku mereka mengenalku dan memilihku karena jasa-jasaku.

Kudatngi tempat-tempat ibadah yan selama ini tak pernah tersentuh oleh telapak kakiku, agar aku dianggap orang yang alim dan ta'at beribadah, dan buanyak lagi kelakuanku yang kuubah secara mendadak drastis 360 derajat agar dilihat semua orang.

Kuberteriak lantang diatas mimbar laksana orator nomor wahid seluruh dunia, kujanjikan kemakmuran, serba enak, serba aman, serba murah, pokok teriakan yang penuh janji melebihi hidup disurga. Terkadang aku sendiri tak mengerti dengan apa yang kuteriakan pada orang-orang banyak, itulah aku seorang politikus, kumainkan akal bulusku pada rakyat awam dan bodoh.

Aku tak peduli dan peduli berapa uang yang telah kuhabiskan untuk menebar pesonaku, yang penting dalam otkaku bagaimana aku bisa mendapatkan kursi ajaib melebihi harga batu ajaibnya siponari. Sebab dengan kursi ajaib itulah aku bisa menyulap satu benda menjadi banyak dan sebaliknya.
Akan tetapi kata hati nuraniku, membisikkan untuk apa aku keluarkan uang jutaan untuk memperoleh sebuah kusi ajaib yang sejatinya kursi amanat dari rakyat agar memakmurkan kursi kebahagiaan pada rakyat yang telah memilihku ? Tapi karena hawa nafsukulah sehingga aku buta, ku tak peduli rakyat menderita, pengagguran meraja lela yang penting dengan kursi ajaib koperku penuh dengan lembaran-lembaran uang. Dari berbagai cara terima suap, korupsi, manipulasi yang kesemuanya hak rakyat .

Bila demikian apalah bedanya aku dengan tikus-tikus padi yang menhabiskan tanaman para petani ?
Kalaulah tikus-tikus itu layak diberangus untuk mencegah menyengasarakan petani, bagaimana agar rakyat tidak sengasara sipa yang yang harus diberangus ?

Aku merenung dan merenung, seandainya aku jadi seorang politikus kutak akan berbuat seperti tikus-tikus sawah.
Politikus atau Poli-Tikus ?
Tanyakan pada hati nuranimu wahai petualang-petualang demokrasi, berpetualanglah dengan hati nuranimu dalam berdemokrasi, jangan berdemo "crazy" karena keringatmu penuh bau terasi melebihi bau tikus-tikus sawah.

www.djoenblog.blogspot.com
· · Bagikan · Hapus

Ketika Tuhan Berkata Tidak ...(^_^)

Ketika Tuhan Berkata Tidak ...(^_^)

oleh Soma Jenar pada 26 Maret 2010 jam 23:14

Ya Tuhan ambillah kesombonganku dariku.
Tuhan berkata, "Tidak. Bukan Aku yang mengambil, tapi kau yang harus menyerahkannya."

Ya Tuhan sempurnakanlah kekurangan anakku yang cacat.
Tuhan berkata, "Tidak. Jiwanya telah sempurna, tubuhnya hanyalah sementara."

Ya Tuhan beri aku kesabaran.
Tuhan berkata, "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan; tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri."

Ya Tuhan beri aku kebahagiaan.
Tuhan berkata, "Tidak. Kuberi keberkahan, kebahagiaan tergantung kepadamu sendiri."

Ya Tuhan jauhkan aku dari kesusahan.
Tuhan berkata, "Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari jerat duniawi dan mendekatkanmu pada Ku."

Ya Tuhan beri aku segala hal yang menjadikan hidup ini nikmat.
Tuhan berkata, "Tidak. Aku beri kau kehidupan supaya kau menikmati segala hal."

Ya Tuhan bantu aku MENCINTAI orang lain, sebesar cintaMu padaku.
Tuhan berkata... "Ahhhh, akhirnya kau mengerti !

sumber: tidak diketahui
· · Bagikan · Hapus

Milikmu ....(Boomerang - Album: X'Travaganza )

Milikmu ....(Boomerang - Album: X'Travaganza )

oleh Soma Jenar pada 27 Maret 2010 jam 20:11

Jaman semakin larut
KasihMu tak terbatas waktu
BelaiMu...merasuk kalbu
TerangMu...menggugah rindu

Jalan yang panjang ini
Tak surut aku meniti
Pelita...Kau beri di hati
Menuju...rumahMu suci

Dan kupanggil hanya namaMu
Tuhanku...tuntun hambaMu
Di sabdaMu (surgaMu)...mulia khalikMu
Tuhanku...aku milikMu (2x)

Cerita Seorang Anak Yatim Piatu.......

Cerita Seorang Anak Yatim Piatu.......

oleh Soma Jenar pada 28 Maret 2010 jam 4:50


Seorang penyair melalui bait-baitnya yang sederhana mengingatkan saya suatu hal yang bermakna tentang pesta:

Di barat, matahari tenggelam beberapa saat lalu. Hari ini sudah seminggu berlalu, semenjak undangan itu masuk ke rumah sederhana kami, dari ibu-anak yang datang dengan Corolla biru: undangan untuk menghadiri pesta ulang tahun.

Kami bersiap. Kami lebih dari cukup bisa membayangkan kata “pesta” itu sendiri mewakili sesuatu di benak kami tentang hal-hal megah dan istimewa. Apalagi ibu-anak itu datang dengan mobil Corolla biru —yang kami pun hanya mimpi di siang bolong untuk memilikinya: sebuah pesta bisa berarti kata lain foya-foya. Mungkin malam ini akan seperti pesta “biasa”: potong kue, tiup lilin, dan tepuk tangan bernyanyi Hepi-Bisde-Tuyu – Hepi-Bisde-Tuyu.

Dan berangkatlah kami pada waktu yang ditentukan Berjumlah dua
puluh tiga, termasuk bapak dan ibu asrama. Jalan kaki bersama, karena
jaraknya cuma terpisah sepuluh rumah saja

Sampai di sana kami dipersilakan masuk dengan ramah. Rumah yang megah, pikir kami. Kami, seperti biasanya orang-orang panti yang dipenuhi keminderan, sebenarnya ingin duduk di belakang-belakang saja. Tapi kami diminta berbaur dengan remaja-remaja “lain” —remaja-remaja “lain” tersebut adalah sebagaimana remaja-remaja perkotaan: harum-harum, sehat-sehat, berbaju apik dan mahal, serta tembem-tembem pipinya.

Bagi kami, anak-anak panti, yang menjadi musuh pada saat-saat seperti ini adalah rasa minder, selain canggung dan pegal bersila. Di tengah-tengah perabot antik yang berjajar, lampu kristal yang bergelantungan menawan, serta di karpet lembut yang entah bagaimana sangat nyamannya diduduki, saya menatap suasana di sekitar dengan setengah tegap setengah menunduk. Namun sesaat kemudian saya terkejut, Tuan…

Lalu seorang remaja membaca Surah Luqman.
Dengan suara amat merdunya dan suaranya berubah jadi untaian mutiara
Yang berkilauan jadi kalung di leher pendengarnya

Tak ada potong kue, tak ada acara tiup lilin, tak ada tepuk tangan dan nyanyian Hepi-Bisde-Tuyu – Hepi-Bisde-Tuyu —tak ada definisi “pesta” seperti yang ada dalam kamus pikiran kami. Yang sedikit ada adalah pidato dari anak yang berulang tahun, yang menghantarkan surat undangan kepada kami sepekan yang lalu. Lia namanya:

”Dalam acara seperti ini, bukan saya yang jadi pusat perhatian diperingati atau dihargai tapi mama…Ya, mama kita, Ibunda kita dan ayahanda. Ibunda dan ayahanda adalah pusat perhatian kita. Hari ini, enam belas tahun yang lalu, mama melahirkan saya. Posisi saya sungsang, Saya terlalu besar. Jadi mama harus sectio Caesaria. Mama dibedah, berdarah-darah. Seluruh keluarga khawatir dan berdoa. Di luar ruang operasi duduk menanti berita dalam kecemasan luar biasa. Tapi Alhamdulillah kelahiran selamat walau pun mama sangat menderita.

Sekarang ini, enam belas tahun kemudian. Ulang tahun saya dirayakan. Saya pikir, tidak logis saya jadi pusat perhatian. harus mama yang jadi pusat perhatian. Mama. Bukan saya, Saya pikir, tidak logis saya minta kado. Harus mama yang diberi kado…”

Tak lama, sebuah bingkisan kertas berkilat, diikat bunga berbentuk pita, diberikan oleh Lia untuk ibundanya, persis 16 tahun setelah sang ibu itu mempertaruhkan nyawa berdarah-darah. Napas tertahan, kemudian muncul haru, kemudian muncul isak air mata, lalu hening…

Lia tak mau ada upacara tiup lilin, “dalam ensiklopedi zaman batu di Eropa diketemukan bahwa nyala lilin bisa mengusir sihir, roh jahat, leak, memedi, sijundai, dan semacamnya”. Lia menolak superstiti Romawi Kuno. Tak bisa cita-cita terkabul hanya dengan sekali-tiup-semua-lilin-padam. “Saya tak mau cuma jadi kawanan burung kakaktua, burung beo yang pintar meniru adat Belanda dan Amerika”, begitu lanjutnya.

”Hadiah paling saya harapkan dari kalian
Adalah doa bersama, sesudah hamdalah dan
salawat karena saya ingin jadi anak yang baik laku, jadi perhiasan di leher
ibuku , jadi penyenang hati ayahku, rukun dengan kakak-kakak dan
adik-adikku, bertegur-sapa dengan semua tetangga. Dan kelak ketika
dewasa berguna bagi Indonesia.”

Setelah makan saya melihat tuan rumah yang baik hati itu. Bapak dan ibu itu berdiri bersama Lia anak gadisnya dan berbicara sangat mesra. Kubayangkan ayahku almarhum, mungkin seusia dengan bapak ini, beliau meninggal ketika umurku setahun. Kubayangkan ibuku almarhumah wafat ketika aku kelas enam SD. Mungkin seusia pula dengan ibu itu. Dan saya ingat, Tuan…tak pernah aku merayakan ulang tahunku…Tidak pernah…

Taufik Ismail menulis kisah ini dalam puisi Cerita Seorang Anak Yatim Piatu Selepas Pesta Ulang Tahun Tetangganya.

· · Bagikan · Hapus
    • 'Alv Vin Assalamu'alaikum!
      Selamat ulang tahun brother
      28 Maret 2010 jam 5:22 melalui Facebook Seluler ·
    • Widi Chiayou happy birthday ...:)
      28 Maret 2010 jam 6:38 ·
    • Yulyani Dewi Satu Full ◦♥♥◦◦♥♥◦♥♥ ◦♥♥◦♥♥◦♥♥◦
      ◦♥♥◦ Happy ß'day ãϞϑ ◦♥♥◦
      ◦♥♥◦ ώΐ§Ђ υ Ãƪƪ †Ђε ß姆◦♥♥◦ ◦♥♥◦♥♥◦♥♥◦♥♥◦♥♥◦◦♥♥◦
      28 Maret 2010 jam 6:46 melalui Facebook Seluler ·
    • Fitri Zubaidah Wardono met ultah semoga sukses selalu
      28 Maret 2010 jam 6:50 ·
    • Prasthinanda Cahyo Ning Tyas jadi pengen nangis hiks... terharu dan menyentuh kalbuku..
      terima kasih sahabat kau telah mengingatkanku akan bundaku... Sukses...
      28 Maret 2010 jam 8:11 ·
    • Nari Asih Wilujeng Tanggap warso... Sembah Nuwun.. Notes yg skaligur reminder 4 us.. Rahayu mas :)
      28 Maret 2010 jam 8:20 melalui Facebook Seluler ·
    • Soma Jenar Matur sembah nuwun nggih dek Asih....^_^
      28 Maret 2010 jam 18:16 ·
    • D FeNi Cm Aprillia happy b'day ya om...., semoga semua keinginnya di kabulkan ma allah.., amien...!!!!!
      29 Maret 2010 jam 8:56 ·
    • Soma Jenar amien....., makasih ya...dek....^.^
      29 Maret 2010 jam 11:59 ·

Jetlaq....entahlah....????? (^_^)

Jetlaq....entahlah....????? (^_^)

oleh Soma Jenar pada 03 April 2010 jam 4:05

Soma Jenar : Astaghfirullah.....,dalam hening yg sekejap..... Seraut wajah melintas.....aliran darah mendesir bulu roma merinding..... Ya Allah.... limpahkanlah Rahmad dan kesehatan selalu pada beliau......Amien.

10 jam yang lalu melalui Web Seluler

Sebenernya yg kurasakan kemarin adalah perasaan aneh bin ganjil tiba2 saja dalam jetlaq ku, aku mendapat bayangan yg tajam dan mendesirkan aliran darah juga sukmaku, yakni berkelebat seraut wajah yg menatapku dengan tajam juga lekat, beliau adalah ibu guru ku waktu aku SD kelas 1, melalui beliaulah ku mengenal huruf juga berhitung (maklum krn aku dulu sekolah tanpa melalui TK jd pengenalanku soal huruf dan angka baru ku peroleh di bangku SD).

Sudah lama ku tak berjumpa dan mendengar kabar beliau, entahlah bagaimana kabr beliau sekarang...???

Semoga beliau baik2 saja....dan selalu didalam perlindunganMU Yaa Robb....Amien.....

· · Bagikan · Hapus

Nasehat Begawan Kesawasidhi kepada Arjuna adalah sebagai berikut :

Nasehat Begawan Kesawasidhi kepada Arjuna adalah sebagai berikut :

oleh Soma Jenar pada 12 April 2010 jam 4:25


(didalam tanda “ … “ adalah kutipan wutuh dari buku tersebut dan tetap dipertahankan dalam bahasa Jawa sekalian untuk latihan bahasa Jawa bagi yang belum begitu paham bahasa Jawa) :

Siji = Setunggal (halus) = Eko (Sansekerta).

“ Laku hambeging kisma. Lire : tansah murah asih marang sapa bae kang nyuwun den murahi. Amarga kisma iku tansah ngatonake dedanane. Tanem tuwuh cecukulan minangka bogane sagung dumadi, ora liya saka wulu wetuning bantala. Sanadyan anggane pinulasara in janma, pinaculan dinudhukan, parandene kisma malah ngatonake kamurahane, mas sesotya pepelikan warna-warna dadya kaskayane kang mulasara. Mangkono hambeging kisma. “

Kisma (pdl/pedalangan) = bantala (pdl) = donya = bumi = bumi

Lindhu = gempa

Donya horeg = bumi bergetar


Loro = Kalih (halus) = Dwi (Sans).

“ Laku hambeging tirta. Lire : tindak anorraga, lumuh ngungkul-ungkuli, tan ngendhak gunaning liyan. Jer tirta iku tansah watak warata tur dayane anggung ngasrepi dadya usadaning kotoran. “

Tirta (pdl) = warih (pdl) = tonya (halus) = banyu = air

Tonya umub (halus) = air mendidih

Wedang = minuman


Telu = Tiga (halus) = Tri (Sans).

“ Laku hambeging samirana. Lire : tansah naliti sanggya sasana. Tumrap lelabuhaning Nata, tansah niti priksa marang kawula dasih, suker sakit kinawruhan sarana talaten atul. Jer lakuning samirana iku anggung nusupi sanggya sasana. “


Papat = Sekawan (halus) = Catur (Sans).

“ Laku hambeging samodra. Lire : jembar miwah sabar ing panggalih. Kamot momoting panggalih, kapanduking suka kingkin sasadone den adu manis, datan jujul datan surut lamun kataman ing sak serik sameng dumadi. Jer samodra iku sanyata angalangut tanpa tepi. Kajogan sarah prabatang miwah tirtaning narmada pira-pira, parandene orak sesak ora luber. “

Jaladri (pdl) = janawi (pdl) = samodra (halus) = laut = laut

Lima = Gangsal (halus) = Panca (Sans).

“ Laku hambeging candra. Lire : tansah madangi saindenging bawana. Tumrap lelabuhaning ratu, tansah mamardi pangawikan lan kagunan marang kawula dasih sarana wulanging dwija sogata samurwating dununge. Kutha desa sanadyan lengkehing wukir, sadrajat sapangkat padha sinungan pamardi putra. “

Candra (pdl) = (m)bulan = bulan.

(m)bulanipun ndadari = bulan purnama


Enem = Enem (halus) = Sad (Sans)

“ Laku hambeging baskara. Lire : tansah aweh daya kekiyatan marang sanggya gumelaring jagad. Segara nguwab dadi mendhung temah dadi udan, ora liya saka dayane raditya. Bumi mekar nuwuhke cecukulan, iya marga saka kedayan sunaring bagaskara. Tumrap lelabuhaning ratu, anggung paring kekiyatan marang kawula dasih. Nangkoda nara kisma nara karya kang kasekengan, padha antuk sihing ratu minangka pawitan. Sanadyan ing tembe kudu nyaur, nanging sarana sarenti sawuse ngundhuh wohing karya. “

Bagaskara (pdl) = baskara (pdl) = raditya (pdl) =

surya (halus) = srengenge = matahari

Srengenge mlethek = matahari terbit

Srengenge angslup = matahari terbenam


Pitu = Pitu (halus) = Sapta (Sans)

“ Laku hambeging dahana. Lire : angrampungi. Ora ana sawiji-wiji kang ora lebur dening dahana. Tumrap lelabuhaning Nata, pangawak pradata luhur. Sakabehing prakara kang konjuk ngarsa Nata, kudu rampung paripurna kang pinancas kanthi adil para marta. “

Dahana (pdl) = agni (pdl) = latu (halus) = geni = api

Geni mangalat-ngalat = api berkobar-kobar


Wolu = Wolu (halus) = Asta (Sans).

“ Laku hambeging kartika. Hambeg kartika, uga sinebut hambeg wukir. Lire : teguh santosa. Sanadyan sinerang maruta sindhung riwut, parandene bayu bajra malah piyak nganan ngering labet kasor prabawa lan adeging wukir. Tumrap lelabuhaning Nata, sabarang kang wus dhumawuh kudu tetep tumindak tan kena owah. “

Kartika (pdl) = lintang =bintang

Lintangipun abyor (halus) = bintangnya banyak berkelipan

Wukir (pdl) = arga (pdl) = gunung = gunung

Gunung njeblug = gunung meletus

Maruta (pdl) = bayu (pdl) = samirana (pdl) = angin = angin

Sindhung riwut (pdl) = angin ribut

Lesus = puting beliung

Angin semilir = angin sepoi-sepoi

(Catatan tambahan untuk hitungan basa Jawa :

Sanga = Sanga (halus) = Nawa (Sans).

Sepuluh = Sedasa (halus) = Dasa (Sans). )

Demikian menurut Ki Siswaharsoyo. Lakon carangan Wahyu Makutharama ini sangat digemari masyarakat dan sering di pagelar kan.

· · Bagikan · Hapus
    • Soma Jenar
      Dalam kisah Mahabarata, Hasto Broto merupakan wejangan atau petuah Begawan Kesowo Sidi kepada Arjuna, yang berisi delapan perbuatan (Hasto Broto) sebagai pegangan seorang pejabat kerajaan dalam memegang kepemimpinan. Wejangan diterima Arjun...a setelah menerima wahyu Sri Makutho Romo atau wahyu kepemimpinan. Dengan menganalogikan seseorang yang telah menerima SK (wahyu) menjadi pejabat maka menurut pendapat penulis, Hasto Broto ini dapat menjadi bahan referensi dalam memegang tapuk pimpinan. Ajaran ini mengandung makna apabila seseorang menjadi pemimpin, harus tanggap, tangguh, tanggungjawab dan dapat mengendalikan diri dalam menghadapi sesuatu permasalahan. Oleh karena itu sebagai pemimpin dapat bercermin kepada sifat-sifat alam, berikut:

      1. MATAHARI
      Pambekane satrio lan nalendro, nulato sang hyang suryo, ora ngemongake gawe pepadhang atine kawulo dasih, nanging kudu ono dhasar-dhasar wani anguripi, tetulung marang kang kacingkrangan, mbebantu marang kang karepotan, ngayomi marang kang karibetan, nuduhake dalan-dalan kang anjog marang kautaman, lan ora singlar saka adeg-adege kasucen.

      Arti bebas:
      Sifat dan watak seorang pemimpin berkacalah pada matahari, yang tidak saja membuat terang dan penyejuk hati rakyat, tetapi yang dilakukan harus ada landasan keberanian memberikan kehidupan, menolong kepada yang hidupnya serba kekurangan, membantu kepada orang yang menghadapi kesulitan, melindungi orang yang sedang dilanda masalah, dan memberikan petunjuk kepada jalan kebaikan tanpa mengabaikan dasar-dasar kebenaran.

      2. BULAN
      Rembulan iku pepadhang jroning ratri. Padhang jingglang maweh hawa adhem lan jinem, nanging ugo dadi cecoloking laku, dadi oboring lelakon. Mengkono mungguh salokane, poro satria lan nalendro, nulato marang lekase sang hyang condro. Ojo mriksani poro kawulo dasih amung sarana swasono kang padhang. Jroning peteng gagapono, endi sing marakake dadi pepeteng, sirnakno sarono sengseming roso adhedhasar gelem korban kang sepi ing pamrih. Yen tetelo mangkono, kang podho nompo parentah, nggone nggugu ora mandheg aneng nun inggih dhateng sendiko, nanging hanerusing batin, opo kang cinandhak kecakup, opo kang ditindakake biso rampung.

      Arti bebas:
      Bulan merupakan penerang di malam hari. Terang benderangnya memberikan suasana dingin dan tenang, yang menjadi penerang dalam perjalanan, dan menjadi obor dalam kehidupan. Begitu seharusnya seorang pemimpin, berkacalah pada sifatnya bulan. Jangan hanya melihat kondisi rakyat di saat suasananya sedang bahagia. Di saat rakyat dalam keadaan susah, pemimpin harus segera mendalami penyebab masalahnya, hilangkan masalah tersebut dengan rasa suka cita dengan landasan berkorban tanpa pamrih. Kalau demikian adanya, niscaya rakyat yang menerima perintah segera melaksanakan secara sukarela lahir batin.

      3. BINTANG
      Lintang dadi kekembanging ngantorikso. Mengkono mungguh satrio opo dene nalendro, tingkah laku muno muni, tandang tanduk, solah bowo, sarawung, kudu tetepo dadi kekembanging poro manungso. Mungguh dayaning kembang mau, biso pinundi, biso rinonce, biso kinaryo cecundhuk, nanging biso kinaryo pepasren. Dene mungguh paedahe poro satrio, ucape gampang digugu, prentahe gampang dituhoni, lumadining srawung bakal kajen keringan.

      Arti bebas:
      Bintang menjadi bunganya langit. Begitu pula seharusnya seorang pemimpin, tingkah laku, cara bicara, dan cara pergaulannya harus bisa menjadi bunga atau buah bibir setiap manusia. Kekuatan bunga itu bisa dirangkai dan bisa menjadi penghias. Demikian pula sebagai pejabat, setiap ucapannya mudah diterima dan diikuti, perintahnya mudah dilaksanakan, yang pada akhirnya akan dihormati dalam pergaulan.

      4. AWAN
      Mendhung iku duwe watak adil. Yen wis wancine tumiboning mendung dadi udan, ora mawas papan. Nadyan ngungkulono gunung, ngungkulono alas, kutho, lan praja, udan mesti tumibo. Mangkono dadi sanepane poro kang ngasto ambeg adil. Poro kang ngasto jejeging adil, ojo ndadak mawas sanak kadang pawong mitro. Sopo wae kang wajib nompo adil kudu diadili kang murwat adhedhasar ukum sarta nganggo lelandhesan pidana.

      Arti bebas:
      Awan memiliki sifat adil, artinya kalau sudah saatnya menjadi hujan, tidak pernah melihat tempat, baik di hutan, kota, dan lautan. Begitulah seharusnya seorang pejabat harus berwatak adil. Pada saat menerapkan keadilan, tidak melihat hubungan sanak saudara. Siapa yang harus diadili berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

      5. BUMI
      Bumi kuwi ambege lumuh kapotangan. Nadyan ketiban wiji jagung tukule yo jagung, yen wiji pari tukule yo pari. Lan bumi watake kamot lan momot. Tegese kamot dienciki opo wae, ora ngemongake manungso, sanadyan gunung ono nduwuring bumi, ora nate kapireng sesambate. Momot tegese biso madhahi sekalir ingkang kumelip. Mengkono panjenenganing nalendro opo dene satrio, kudu kerep ngrungokake sesambating poro kawulo dasih, ojo amung sarono mandheg awit saka nampa pradul, nanging luwih cetho lan trewoco yen to poro satria lan nalendro, nggone anggung midhangetake suarane kawulo dasih, sarana namur kawulo dadi biso cetho sarta gamblang, wekasan biso momot lan kamot.

      Arti bebas:
      Bumi sifatnya tidak merasa dihutangi, apa saja yang datang akan diterima dan tidak pernah menggerutu. Demikian halnya seorang pemimpin harus sering mendengarkan keluh kesahnya rakyat, dan jangan hanya mendengar lewat orang lain. Oleh karena itu agar memperoleh informasi secara jelas, harusnya pemimpin menyelidiki secara diam-diam dengan berperan sebagai rakyat biasa.

      6. API
      Geni duweni watak pambrasto, mbrasto sopo wae kang nyulayani angger-anggering bawono agung. Mengkono satrio lan nalendro, kudu wani amunah satru hangkoro murko memalaning jagad, kang bakal handhedher karusuhan, kang bakal gawe daredah, sarto kang tansah gawe onar ono jroning bebrayan.

      Arti bebas:
      Api memiliki sifat pemberangus. Sebagai pemimpin harus berani memberantas kejahatan, yang akan berbuat keonaran, dan kerusuhan, yang akan membuat huru hara, dan yang akan selalu mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara.

      7. AIR
      Banyu iku gumelare dadi panguripan. Ing endi-endi papan ana banyu mesti ono panguripan. Senadyan pucuking gunung, senadyan tepining samodro, sanadyan papan ngenthak-enthak dadi bulak, nanging yen ing kono ono banyu, sayekti ono panguripan. Dene kang kasebut panguripan ing kene, ora ngemongake makhluk kang asifat manungso, kalebu uriping kutu-kutu walang atogo opo dene uriping sagung thethukulan. Lumadining poro satrio lan nalendro, kudu biso anguripi ing sadhengah marang sopo wae kang wajib diuripi.

      Arti bebas:
      Air itu menjadi pemberi kehidupan. Dimana ada air disitu pasti ada kehidupan. Walau di puncak gunung, di pesisir samudera, atau di rawa-rawa sekalipun kalau ada air pasti ada kehidupan. Yang dimaksud kehidupan tidak hanya untuk manusia, termasuk hewan dan tumbuhan. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin harus dapat memberikan kepada bawahan atau rakyat suatu jalan atau sarana atau "kehidupan" yang memang pantas untuk menerima.

      8. ANGIN
      Tegese biso manjing ajur ajer. Ingkang dikarepake biso manjing ajur-ajer mono, rehning cacahing poro kawulo mau kadapuk ono pirang pirang perangan. Yo ono kang adrajat brahmana, yo ono kang adrajat wesia lan sudro. Tetelu kang podho nglungguhi kastane dhewe-dhewe mau, poro nalendro yo satriyane, kudu biso mamet prono angenaki tyasing sasomo. Poro brahmana bakal anteng nggone amujo semedi yen kaayoman dening katentreman. Poro wesia bakal lumadi nggone nindakake pakaryan ing nangkudo yen to kaayoman dening katentreman. Mengkono ugo poro sudro bakal biso bungah-bungah rasane yen kaayoman dening katentreman.

      Arti bebas:
      Angin itu sifatnya bisa masuk kemana saja dan campur menjadi satu. Oleh karena adanya tingkatan status kehidupan masyarakat, maka sebagai seorang pemimpin harus dapat mengambil hati kepada siapapun tanpa kecuali. Mereka dalam menjalankan kegiatannya akan merasa terlindungi, terayomi, dan merasa tenteram lahir dan bathin.
      Lihat Selengkapnya
      20 April 2010 jam 3:43 ·