Translate

Kamis, 28 April 2011

Pelangi, Hujan dan Matahari

 

Pelangi, Hujan dan Matahari

oleh Pakdhe Boedhi pada 25 Februari 2010 jam 3:01


"pengalaman pertama Pelangi melihat indahnya pelangi setelah mengalami kebutaan"

Aku selalu ingin tahu seperti apakah bentuk pelangi itu, bunda selalu bilang bahwa pelangi itu adalah rangkaian warna yang sangat indah di langit. Beliau menamaiku Pelangi agar hidupku menjadi seindah pelangi. Namun bukankah hal yang lucu jika seorang Pelangi tak dapat melihat indahnya pelangi. seperti pelangi yang hanya diwarnai tinta hitam, pelangi hitam. Pelangi itu adalah aku, pelangi yang tak dapat melihat indah dunia.
Sejak lahir aku tak dapat melihat, tuhan seolah lupa memberikanku kemampuan melihat, tentu aku tahu bahwa tidak mungkin tuhan lupa, tapi kalian pasti tau maksudku. Aku ingin bercerita tentang pelangi yang tak bisa melihat pelangi, Pelangi yang selalu ditemani Hujan dan seorang Matahari yang mencintai Pelangi.

Pelangi
"hei, namamu Pelangi? Aku Matahari. Senang bisa berkenalan denganmu" itulah pertama kalinya aku berkenalan dengan Ari, matahari ku. Sama dengan namanya, dia juga bersinar seperti matahari. Aku tak pernah bertemu anak lain secerah dia. (walaupun aku tak mengerti arti kata cerah itu sendiri). Dia mengajakku bermain, walau dia tau aku buta, dia tetap mau berteman denganku. Dia sering kali bercerita tentang keindahan pelangi.
"kau tahu, jika kau dapat sampai ke ujung pelangi, maka kau akan mendapat keajaiban." Suatu hari Ari bercerita seperti itu padaku.
"benarkah? Kalau benar. Aku ingin sekali sampai pada ujung pelangi dan meminta agar aku dapat melihat"
"ibuku selalu bercerita seperti itu padaku. Percayalah." Ari meyakinkanku lagi
"akan kubantu kau mencapainya. Jika kita memohon berdua. Tuhan pasti akan mengabulkanya" aku yakin saat mengucapkannya, ari tersenyum dengan manisnya.
Walau tidak satu sekolah, Ari selalu ada disampingku semenjak perkenalan itu. Ari adalah orang kedua selain bunda yang mengajari keindahan disekelilingku. Cara Ari tertawa, cara Ari tersenyum, cara Ari merajuk dan bahkan cara Ari marah seperti sudah terekam di otakku tanpa pernah kumelihatnya. Ariyang tak pernah malu jalan bersamaku, Ari yang selalu sabar menghadapi keegoisanku dan juga Ari yang selalu ada untuk menyemangatiku. Jika aku menangis, Ari akan ada disampingku dan merangkul pundakku seraya mengatakan "Ari akan selalu ada untuk Angi" Ari benar-benar matahari-ku.
Aku sekolah di sekolah khusus anak cacat. Aku selalu belajar lebih keras dari orang lain. Walau aku cacat, tapi aku tidak ingin terlihat lemah dan bergantung pada orang lain. Ari paling tahu sifatku yang satu ini, walau khawatir tapi dia tetap akan membiarkan aku melakukan semuanya sendiri. Jika aku terjatuh, dia tidak akan membantuku berdiri, namun dia akan disampingku dan menyemangatiku.
Saat SMP,sepulang sekolah Ari selalu datang ke rumah. Dia bercerita tentang kegiatannya di sekolah dan aku pun menceritakan seluruh kegiatanku. Saat itulah aku menyadari bahwa aku menyukai Ari melebihi teman. Perasaan sebagai perempuan terhadap laki-laki.Tapi aku takut mengatakannya, aku takut Ari akan membenciku. Sudah cukup saja seperti ini, aku harus menghilangkan perasaanku ini.
Masa SMP mungkin masa terberat untukku. Bunda meninggal karena kecelakaan saat hendak menjemput Ayah. Ayah menjadi sangat pendiam setelah itu. Saat Bunda meninggal, aku tak mau keluar kamar dan hanya menangis dan ari hanya duduk disampingku, menungguku selesai menangis dan mengajakku keluar.
"Bunda tidak akan mau melihat Angi menangis. Angi selalu menuruti kata-kata Bunda kan?" begitulah yang selalu Ari katakan di kala aku menangis.
Ayah tidak tahan tinggal di rumah yang penuh dengan kenangan akan Bunda, lalu ayah pun memutuskan pindah. Hal ini membuat ku semakin sedih masa itu. Aku akan berpisah dengan matahariku.
Di hari kami berpisah, Ari berjanji tidak akan melupakanku dan akan terus menghubungiku walau aku tahu itu sangat sulit, aku tidak dapat melihat lalu bagaimana caraAari menghubungiku. Ari memberikan kotak music yang nadanya sangat aku suka, kotak music itu menjadi salah satu benda berhargaku. Aku menangis tanpa henti saat ayah mengajaku segera pergi, pergi ke kota baru ku Yogjakarta.

Yogyakarta
Disini tidak ada matahari, yang ada hanya Hujan. Hujan yang sangat nakal. Saat pertama kali berkenalan, aku kira Hujan adalah anak yang sangat ramah. Tapi ternyata tidak, dia berbeda dengan Matahariku yang hangat. Hujan tidak hangat, dia dingin. Namun aku menyukai Hujan yang tidak peduli untuk bersikap pura-pura padaku, aku menyukai Hujan yang selalu meledek ku dan menjadikanku merasa setara dengannya. Pelangi dan Hujan bagaikan musuh sekaligus sahabat. Pertama kali berkenalan dengan Hujan adalah saat aku mengikuti lomba pidato bahasa inggris di sekolahnya. Aku dan dia berebut rotiyang hanya satu-satunya di kantin sekolahnya, kami sama-sama tidak mau mengalah semula teman-teman Hujan membisikinya "sudahlah mengalah saja, dia kan buta" namun dia dengan santainya berkata "lalu kenapa, dia kan juga manusia dan dia ingin merebut rotiku ini, tidakakan aku serahkan" lalu akhirnya kami membagi dua roti itu, aku terkesan dengannya yang tidak membedakan orang buta dan normal. Tapi Hujan memang nakal.

Copy Paste Dari : http://www.wattpad.com/313730-pelangi-hujan-dan-matahari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar