Translate

Kamis, 28 April 2011

Andai aku jadi...............

Andai aku jadi...............

oleh Soma Jenar pada 24 Maret 2010 jam 16:41

Politikus apa Poli-Tikus ?


Andai-andaiku, anganku kali ini membingungkan aku sendiri, politikus apa poli-tikus ?
Oh tak pedulilah, sama atau tidak ?
Yang jelas saat ini gambarku bertebaran keberbagai pelosok negeri, kota, daerah, dan pedesaan. Kutebar senyum melebihi senyuman para selebritis. Kupakai kopyah dan kerudung, walaupun setiap harinya kutak pernah memakainya karena kutak tahu apa gunanya kopyah dan kerudung tersebut.

Kuhabiskan uang ratusan juta untuk membuat baliho, poster, spanduk, poster yang memajang senyuman dan janji-janjiku. Terkadang kuberikan sembako pada kalayak rakyat kecil sebagai sedekah, kuberi nama sedekahku dengan "Sadaqah politik" yaitu sedekah dengan harapan bukan untuk mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa tetapi, sedekah yang mengharap agar orang yang kusedekahi memilihku untuk mendapatkan kursi. Aku rela berbasah-basah dan berkotor-kotor, celana dan jas safariku yang mahal kurelakan terkena lumpur demi mengunjungi para korban bencana alam, dengan harapan mereka menganggap aku peduli kepada sesama yang tertimpa musibah dan kedatanganku mereka mengenalku dan memilihku karena jasa-jasaku.

Kudatngi tempat-tempat ibadah yan selama ini tak pernah tersentuh oleh telapak kakiku, agar aku dianggap orang yang alim dan ta'at beribadah, dan buanyak lagi kelakuanku yang kuubah secara mendadak drastis 360 derajat agar dilihat semua orang.

Kuberteriak lantang diatas mimbar laksana orator nomor wahid seluruh dunia, kujanjikan kemakmuran, serba enak, serba aman, serba murah, pokok teriakan yang penuh janji melebihi hidup disurga. Terkadang aku sendiri tak mengerti dengan apa yang kuteriakan pada orang-orang banyak, itulah aku seorang politikus, kumainkan akal bulusku pada rakyat awam dan bodoh.

Aku tak peduli dan peduli berapa uang yang telah kuhabiskan untuk menebar pesonaku, yang penting dalam otkaku bagaimana aku bisa mendapatkan kursi ajaib melebihi harga batu ajaibnya siponari. Sebab dengan kursi ajaib itulah aku bisa menyulap satu benda menjadi banyak dan sebaliknya.
Akan tetapi kata hati nuraniku, membisikkan untuk apa aku keluarkan uang jutaan untuk memperoleh sebuah kusi ajaib yang sejatinya kursi amanat dari rakyat agar memakmurkan kursi kebahagiaan pada rakyat yang telah memilihku ? Tapi karena hawa nafsukulah sehingga aku buta, ku tak peduli rakyat menderita, pengagguran meraja lela yang penting dengan kursi ajaib koperku penuh dengan lembaran-lembaran uang. Dari berbagai cara terima suap, korupsi, manipulasi yang kesemuanya hak rakyat .

Bila demikian apalah bedanya aku dengan tikus-tikus padi yang menhabiskan tanaman para petani ?
Kalaulah tikus-tikus itu layak diberangus untuk mencegah menyengasarakan petani, bagaimana agar rakyat tidak sengasara sipa yang yang harus diberangus ?

Aku merenung dan merenung, seandainya aku jadi seorang politikus kutak akan berbuat seperti tikus-tikus sawah.
Politikus atau Poli-Tikus ?
Tanyakan pada hati nuranimu wahai petualang-petualang demokrasi, berpetualanglah dengan hati nuranimu dalam berdemokrasi, jangan berdemo "crazy" karena keringatmu penuh bau terasi melebihi bau tikus-tikus sawah.

www.djoenblog.blogspot.com
· · Bagikan · Hapus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar