Translate

Kamis, 28 April 2011

PEPELENG DENING KAKI SEMAR BADRANAYA.....(^_^)

PEPELENG DENING KAKI SEMAR BADRANAYA.....(^_^)

oleh Soma Jenar pada 15 April 2010 jam 0:09



Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya Bebadra = Membangun sarana dari dasar Naya = Nayaka = Utusan mangrasul Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun).
Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : "Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal". Sedang tangan kirinya bermakna "berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik".
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual .
Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa. Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.
Konon Kaki Semar adalah Kakek moyang yg pertama dan digambarkan sebagai perwujudan dari orang Jawa yg pertama. Karena mendapat "tugas khusus" dari Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan YME), maka Kaki Semar memiliki kemungkinan untuk terus hadir dgn keberadaan pada setiap saat, kepada siapa saja dan kapan saja menurut apa yg dikehendaki.

Salah satu ajaran hidup dari Kaki Semar:
I. Gusti Kang Murbeng Dumadi Masyarkat Jawa sudah mengenal suatu kekuatan yang maha dengan Nama Gusti Kang Murbeng Dumadi jauh sebelum agama masuk ke tanah Jawa dan sampai ke tradisi saat ini yang dikenal dengan Kejawen yang merupakan “Tatanan Paugeraning Urip” atau Tatanan berdasarkan dengan Budi Perkerti Luhur. Keyakinan dalam masyarakat mengenai konsep Ketuhanan adalah berdasarkan sesuatu yang Riil atau “Kesunyatan” yang kemudian di realisasikan dalam peri kehidupan sehari hari dan aturan positip agar masyarakat Jawa dapat hidup dengan baik dan bertanggung jawab.
Mengenai Sang Murbeng Dumadi, Kaki Semar mengatakan “Gusti Kang Murbeng Dumadi ing ngendi papan tetep siji, amergane thukule kepercayaan lan agomo soko kahanan,jaman,bongso lan budoyo kang bedo-bedo. Kang Murbeng Dumadi iso maujud opo wae ananging mewujudan iku dede Gusti Kang Murbeng Dumadi” atau dengan kata lain “ Tuhan Yang Maha Esa itu di sembah di junjung oleh semua manusia tanpa kecuali oleh semua agama dan kepercayaan.
Sejatinya Tuhan Yang Maha Esa itu Satu dan tak ada yang Lain. Yang membedakanya hanya cara menyembaah dan memujanya dimana hal tersebut terjadi karena munculnya agama dan kebudayaan dari jaman, waktu atau bangsa yang berbeda beda…”

Tiga hal yang mendasari Masyarakat Jawa mengenai Konsep Ketuhanan yaitu :
1. Kita Bisa Hidup karena ada yang meghidupkan, yang memberi hidup dan menghidupkan kita adalah Gusti Kang Murbeng Dumadi atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Hendaknya dalam hidup ini kita berpegang pada “Rasa” yaitu dikenal dengan “Tepo seliro” artinya bila kita meraa sakit di cubit maka hendaklah jangan mencubit orang lain.
3. Dalam kehidupan ini jangan suka memaksakan kehendak kepada orang lain “Ojo Seneng Mekso” seperti apa bila kita memiliki suatupakaian yang sangat cocok dengan kita, belum tentu baju itu akan sangat cocok dengan orang lain.

Kaki Semar memberikan piwulangnya mengenai konsep dasar penghayatan Mahluk Kepada Khaliknya yaitu Manusia harus mengehathui Tujuh Sifat Kang Murbeng Dumadi.
1. Tuhan Itu Satu , Esa dan tak ada yang lain, dalam bahasa jawa di sebut “ Gusti Kang Murbeng Dumadi”
2. Tuhan itu bisa mewujud apa saja , tetapi pewujudan itu bukanlah Tuhan.”Ananging wewujudan iku dede Gusti “ yang artinya “ yang berwujud itu adalah Karya Allah.
3. Tuhan Itu ada dimana-mana.”Dadi Ojo Salah Panopo,Mulo nang ngendi papan uga ono Gusti “ maksudnya walau Tuhan ada dimana mana, Tuhan satu juga “Nang awakm ugo ono Gusti” maksudnya manusia itu dalam lingkupan Tuhan secara jiwa dan raga.Tuhan ada dalam dirinya tetapi manusia tak merasakanya dengan panca indra, hanya dapat di rasakan dengan “Roso” bahwa dia ada.”Ananging ojo sepisan pisan awakmu ngaku-aku Gusti”maksudnya manusia harus sadar jiwa dan raga ini hanyalah Karya Allah, walaupun DIA ada dalam Manusia tetapi jangan sekali kali manusia mengaku DIA.
4. Tuhan Itu Langgeng, Tuhan Itu Abadi.dari masal dahulu, sekarang, esok dan sampai seterusnya Tuhan, Gusti Kang Murbeng Dumadi tetaplah Tuhan dan tak akan berubah.
5. Tuhan Itu tidak Tidur “ Gusti Kang Murbeng Dumadi ora nyare” maksudnya Tuhan itu mengetahui segalanya dan semuanya, tak ada satupun kata hilaf dan lalai.
6. Tuhan itu Maha Pengasih, Tuhan Itu Maha Penyayang.maksudnya Tuhan itu maha adil tak membeda bedakan kepada mahluknya, siapa yang berusaha dia yang akan mendapatkan.
7. Tuhan Itu Esa dan Maha Kuasa, apa yang di putuskannya tak ada yang dapat menolaknya,

Dengan menyadari hal tersebut manusia di harapkan :
1. “Manungso urip ngunduh wohe pakertine dhewe dhewe” maksudnya manusia kaa menerima paa yang dia tanam, bila baik yang di tanam, maka yang baiklah akan dia terima.
2. Manusia hidup pada saat ini adalah hasil / proses dari hidup sebelumnya.atau”manungso urip tumimbal soko biyen,nek percoyo marang tumimbal” ada petuah yang mengatakan “ Apabila kamu hendak melihat hidupmu kelak, maka lihat lah hidupmu sekarang, bila hendak melihat hidupmu yang lalu, maka lihatlah hidupmu sekarang”
3. “Manungso urip nggowo apese dhewe dhewe” maksudnya agar kita menghilangkan sifat iri,dengki,tamak, sombong sebab saat mati tak ada sifat duniawi tersebut dibawa dan mengntungkan kita.
4. Manusia tak akan mengerti Rahasia Tuhan, “Ati lan pikiran manungso ora bakal iso mangerteni kabeh rencananing Gusti Kang Murbeng Dumadi:”maka Manusia hiduplah “sak madyo” dan tak perlu “nggege mongso”.ada petuha mengatakan “ Hiduplah dengan usaha, tapi janganlah dengan harapan, karena bila gagal maka yang merasakan diri kita juga”

Maka dalam hal ini Kaki semar menganjurkan Manusia memohon dan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Esa dengan”Eling lan Percoyo,Sumarah lan seumeleh lan mituhu” kepada Tuhan Yang Maha Esa.
1. Sumarah : Berserah, Pasrah, Percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan sumarah ,manusia di harapkan percaya dan yakin akan kasih saying dan kekuasaan Gusti Kang Murbeng Dumadi, Bhawa DIA lah yang mengatur dan aka memebrikan kebaikan dalam kehidupan kita. Keyakinan bahwa apabila kita menghadapai gelombang kehidupan maka Allah akan memebrikan jalan keluar yang terbaik bagi kita.
2. Sumeleh : artinya Patuh dan Bersandar kepada Allah Yang Maha Esa . Manusia sebagai hamba hanya lah berusaha dan keberhasilannya tergantung Kuasa Tuhan yang maha Esa, maka dengan sumeleh ni manusia di harapkan tak mudah putus asa dan teguh dalam usahanya .
3. Mituhu : artinya patuh taat dan disiplin.

II. Tatanan Paugeraning Urip. Petuah Kaki semar menenai Tatanan Paugeraning Urip bagi manusia dalam mengisi Kehidupanya di alam fana ini :
1. Eling Lan Bektimarang Gusti Kang Murbeng Dumadi : maksudnya Manusia yang sadar akan dirinya akan selalu mengingat dan memuja Tuhan Yang Maha Esa.dimana Allah yang Esa telah membrikan kesepantan bagi manusia untuk hidup dan berkarya di alam yang Indah ini.
2. “Percoyo lan Bekti Marang Utusane Gusti”: maksudnya Manusia sudah seharusnya menghormati dan mengikuti ajaran para Utusan Allah sesuai dengan ajarannya masing masing, dimana semua konsep para Utusan Allah tersebut adalah menganjurkan kebaikan.
3. “Setyo marang Khalifatullah utowo Penggede Negoto”: maksudnya sebaia manusia yang tingal di suatu wilayah,maka adalah wajar dan wajib untuk menghormati dan mengikuti semua peraturan yang di keluarka pemimpinnya yang baik dan bijaksana.
4. “Bekti marang Bhumi Nusontoro” maksudnya sebagai manusia yang tinggal dan hidup di bumi nusantara ini wajib dan wajar unuk merawat dan memperlaukan bumi ini dengan baik, dimana bumi ini telah memberikan kemakmuran bagi penduduk yang mendiaminya.
5. “Bekti Marang Wong Tuwo” : maksudnya Manusia ini tidak dengan semerta merta ada di dunia ini, tetapi melalui perantara Ibu dan Bapaknya, maka hormatilah,mulyakanlah orang tua yang telah merawat kita .
6. “Bekti Marang sedulur Tuwo” : Maksudnya adalah menghormati saudara yang lebih tua dan lebih mengerti dari pada kita, baik dlama umur,pengetahuan maupun kemampuannya.
7. “Tresno marang kabeh kawulo Mudo” : maksudnya menyayangi kawulo yang lebih muda, memberikan bimbingan dan menularkan pengalaman dan pengetahuan kepada yang muda, dengan harapan yang muda ini akan dapat menjadi generasi pengganti yang tangguh dan bertanggung jawab.
8. “Tresno marang sepepadaning manungso” : maksudnya semua manusia itu sama, hanya membedakan warna kulit dan dan budaya saja. Maka hormatila sesame manusia dimana mereka memiliki harka dan martabat yang sama dengan manusia lainya.
9. “Tresno marang sepepadaning Urip” : maksudnya semua yang di ciptakan Allah adalah mahluk yang ada karena kehendak Allah yang Kuasa.memiliki fungsi masing masing.dengan menghormati semua ciptaan Allah maka kita telah menghargai dan menghormati kepada PENCIPTANYA.
10. “Hormat marang kabeh agomo “ : maksudnya hormatilah semua agama atau aliran dan para penganutnya.
11. “Percoyo marang Hukum Alam” : maksudnya selain Allah menurunkan kehidupan,Allah juga menurunkan Hukum Alam dan menjadi hokum sebab akibat, siapa yang menanam maka dia yang menuai,
12. “Percoyo marang kepribaden dhewe tan owah gingsir” : maksudnya manusia ini rapuh dan hatinya berubah ubah, maka hendaklah menyadarinya dan dapat menepatkan diri di hadapan Allah, agar selalu mendapat lindungan dan rahmat Nya dalam menjalani Hiudp dan kehidupan ini.

Tatanan Paugeraning Urip yang 12 di atas di ringkas menjadi tiga konsep:
1. Hubungan Manusia dengan Allah/Tuhan Yang Maha Esa
2. Hubungan Manusia dengan sesama Manusia
3. Hubungan Manusia dengan Alam Semesta. Kesemua tatanan di tersebut di atas adalah kaitannya dengan konsep “tatanan Menembah”
1. Sangkan Paraning Dumadi : yaitu Sangkaning Dumadi dan Paraning Dumadi dimana maksudnya adalah agar manusia mengetahui dari mana dia berasal dan mau kemana dia akan kembali.
2. Manunggaling Kawulo lan Gusti : yaitu manunggaling kawulo dengan Gusti adalah dengan melakukan smeua perintahnya, melakukan dan menuruti peraturan peraturan yang di perintakan dengan sbeaik baiknya.
3. Kasedan Jati : yaitu dimana posisi kesadaran manusia sampai kepada tataran sangat menyadari dan telah melakukan atau menjalani kehidupan yang di sebutkan di atas sehingga semua telah menuruti kehendak Allah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan istilah “Hidup sekali dan mati pun sekali “

III. Tuntunan Sikap terhadap Paugeraning Urip Kaki Semar menuntunkan sikap terhadapt Paugeraning Urip adalah dengan Kata sesanti atau Petuah “OJO DUMEH,ELING LAN WASPODO”karena :
1. “Ojo dumeh, Eling lan waspodo” adalah bekal manusia menghadapi ujian dan perjuangan hidup dan menjadi senjata ampuh untuk menjadi kesatria utama dalam menaklukan dirinyasendiri dan mewujudkan “Roso setyo lan mituhu dumateng Gusti” serta untuk “ Hamemayu Hayuning Bawono”.
2. “Ojo dumeh, Eling lan Waspodo” adalah sebagai penyeimbang, sehingga pada kondisi maupun situasi apapun manusia akan selamat”Rahayu”, tidak mudah panic dalam setiap pemecahan masalah yang di hadapinya.
3. “ojo dumeh, Eling lan Waspodo”sebagai sarana pencegahan terhadap kecerobohan dan kelalaian yang sering manusia lakukan, karena telah menyadari dan memahami serta mentaati semua kaidah Agama, Budi pekerti, maupun aturan aturan manusia lainnya.

OJO DUMEH yang maksudnya “Jangan Mentang Mentang” adalah suatuperingatan agar manusia tidak larut dengan pa ayang di miliki atau di jalaninya, sehingga cendrung menjalani keputusan hidup yang negatip seperti :
1. Mentang mentang kaya, maka kita menjadi sombong dan merasa semua dapat di beli dengan uang, 2. Mentang menatng Miskin, maka kita menjadi putus asa dan mengakibatkan kita mengumpat sana sini kepada yang kaya.. Siapa yang “mentang mentang” maka suatau saat akan menjadi sebagaimana dalma pribahasa Jawa :
1. Sopo sing Dumeh bakal keweleh
2. Sopo sing adigang bakal keplanggrang
3. Sopo sing Adigung bakal kecemplung
4. Sopo sing Adiguno bakal ciloko
5. Sopo sing Becik bakal ketitik
6. Sopo sing salah bakal seleh
7. Sopo sing Temen bakal Tinemu Eling Lan Waspodo maksudnya Ingat dan Waspada.

Ingat yang dijalani adalah inget dalam kaitan Menembah kepada Tuhan, ingat akan karunianya, Rahmanya,Nikmatnya , selalu ingat akan kesalahan kita kepada Tuhan, pelanggaran yang kita lakukan dan meminta ampunan kepada Nya. Dengan demikian akan lahirlah Budi perkerti yang luhur sehingga Eling ini akan melahirkan kepedulain kepada manusia dan lingkungan sekitarnya. Waspodo/Waspada adalah bentuk ke hati-hatian manusia dalam menjalankan hidup, teliti dan mengakibatkan kita menjadi Wara dalam memilih dalam keputusan kita sehari hari. Berhati-hati dalam semua sikap dan tingkah laku. Mana yang merupakan perintah dan mana yang merupakan larangan akan menjadi terang dan jelas bagi kita.sehinga kta akan selamat dalam perjalanan hidup ini. Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo merupakan satu kesatuan yang dipahami secara utuh, sehingga manusia di harapkan menjadi Pasrah dan Yakin Kepada Kekuasaan Tuhan serta menjadi bijaksana,sederhana dan hati hati.

Manusia menjadi “Bisa Merasa.” Bukan ”Merasa Bisa.” Dengan “Ojo Dumeh,Eling lan Waspodo”, maka dalam bahasa Jawa disebutkan ..
1. Ono Luwih,Luwih soko Ono
2. Kang Kebak,Luwih dening kebak
3. Kang suwung,Luwih dening Suwung
4. Kang Pinter, Luwih dening Pinter
5. Kang Sugih, Luwih dening Sugih..

Rahayu.....rahayu....rahayu....


original post by kaskus.us

· · Bagikan · Hapus
    • Meta Mita tahu nggak kenapa semar tanganya yg kanan selalu menunjuk...?
      16 April 2010 jam 12:21 ·
    • Agz Rudianz Bukankah ki togog lbh dulu mngemban amanah dr pd sang semar,,,
      16 April 2010 jam 13:14 melalui Facebook Seluler ·
    • Soma Jenar
      ‎@Meta Mita :
      “Hmmm…
      “Coba kalo diwayang itu Semar khan tangan kanannya selalu menunjuk seperti ini…Nah lalu coba kita lihat, dengan jari menunjuk seperti ini kamu yang suka ngaji pasti tahu dong huruf Arab apa yang ditunjukkan oleh telunju...k Semar..”

      “Itu Alief…”kata mereka

      “Nah kalo yang dibentuk oleh telunjuk dengan ibu jari?”

      “Itu Lam…”

      “Nah kalo yang dibentuk telunjuk dengan jari tengah?”

      “Itu Miem…”

      “Jadi jari Semar yang sedang menunjuk ini bila dibaca akan berbunyi Alief Lam Miem Dzalikal Kitab…”

      “Surat Al Baqarah ayat pertama…Oh.. betul..”

      “Lalu apa arti ayat tersebut…?”

      “lha itu Mbah…guru ngaji saya nggak ngajari soal itu..katanya yang tahu cuma yang disana, nggak tahu juga sananya mana..”

      “Begini…Semar adalah jarwadhosok dari HASEMING SAMAR-SAMAR yang secara harafiah berarti Sang Penuntun Makna Kehidupan, maka tangan kanannya selalu menunjuk. Jari yang seperti katamu tadi menyimbolkan Alief bagi orang urakan seperti saya adalah Urip, Hidup, Keesaan”

      “Bener Mbah..” sahut mereka

      “Hidup itu Esa, Tunggal, Manunggal dalam segala Sifat. ADA yang mendahului ada…. Ada inilah yang lalu berkembang menjadi kesadaran dalam diri manusia yang mulai berkata AKU…dan terus mencoba mencari kesejatian AKU. Hidup yang mendapatkan kesadaran dalam diri manusia ini berasal dari Alief Lam Miem .

      “Hmmm…..”

      “Semar adalah suatu lambang dari pengejawantahan ekspresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual. Kyai Semar terkenal dengan sabdanya HAYWA SAMAR DUR SUKERING KAMURKAN, MRIH DU KAMARDIKAN BAYA SIRA HARSA MARDIKA, artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, berani mbirat dur sukering kamurkan, membersihkan jiwa yang dalam bahasa Jawa ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu atau dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup. Inilah yang seharusnya diperjuangkan oleh kaum spiritual seperti kalian & juga oleh seluruh bangsa Indonesia ini.”

      ”Maksudnya untuk sungguh merdeka kita tak boleh tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian?”

      ”Begitu juga bisa, namun secara holistik petunjuk Semar tadi mengisyaratkan kita untuk melakukan REVOLUSI KULTUR, kultur yang berarti mencakup pula mental spiritual kita sebagai makhluk bernama manusia ini.”

      ”Dilanjut Mbah..”

      ”Diakui dong kalau kita telah dibentuk sedemikian rupa oleh doktrin yang membuat kita jadi bebek tadi, jari Semar memberi petunjuk kita untuk terus berjalan menjadi manusia utuh. Merevolusi kultur yang telah dibelenggu doktrin untuk menjadi manusia baru.Manusia baru yang memahami Alief Lam Miem Dzalikal Kitab bahasa Arabnya. Bahwa semua manusia dimuka bumi ini sama berasal dari Hidup yang sama … dengan ini kita secara pribadi mampu menuju kepada kepenuhan hidup dan secara luas sebagai bangsa mampu menjadi mercusuar dunia”

      ”Maksudnya kita akan menjadi negara & bangsa adidaya dimuka bumi ini?”

      ”Hahahaha..mercusuar itu khan penanda agar kapal tidak menabrak karang..”

      ”Lalu apa maksudnya?”

      ”Ya dengan merevolusi kultur & menjadi manusia baru kita dapat jadi titisan-titisan Semar yang mampu memberi petunjuk yang benar & pamong seluruh umat..bahasanya Memayu Hayuning Bawana yang tidak cuma sekedar slogan… Kita akan mampu mendamaikan keturunan Ibrahim, si Ishak & Ismail yang tak jemu & bosannya terus menumpahkan darah saudara…karena berebut kebenaran. Kebenaran yang fasis & bengis.

      “Semar disebut juga Ismaya, Maya adalah cahaya hitam, guna membuat semua Samar. Jadi yang ada itu sesungguhnya tidak ada. Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan. Yang bukan dikira iya.Yang bersemangat hatinya, hilang semangatnya, sebab takut kalau keliru.Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.Tidak ada lagi fasis, bengis & otoriter.”

      “Waduh terima kasih banyak Mbah atas penjelasannya yang gamblang.”

      “Wah saya yang harus berterima kasih sudah ada yang mendengarkan saya ndobos….. hehehe…. sama ini rokoknya sudah nggak bikin mulut saya kecut lagi…”
      Lihat Selengkapnya
      20 April 2010 jam 3:25 ·
    • Soma Jenar
      ‎@Rei Ki :
      Menurut cerita yang sangat dipercaya dan di amini oleh semua pecinta wayang suatu hari Sang Hyang Tunggal menciptakan 3 Dewa Utama dari sebutir telur. Kenapa Dewa Utama?, ya karena dari satu sumber yaitu telur, bicara tentang telu...r itu pasti tidak bisa berdiri sendiri, selalu dalam satu kesatuan berupa kulit telur, putih telur dan kuning telur, dimana-mana juga begitu dan dari dulu juga begitu, tidak perduli telur dari jenis binatang apapun.

      Sang Hyang Tunggal lalu menciptakan Togog dari kulit telur, Togog ini selalu ditemani Bilung, entah darimana Togog bisa dapat anak buah yang manutan tapi ngeyelan seperti Bilung. Togog diceritakan selalu mengabdi pada Raksasa atau yang dikategorikan dengan orang yang tidak baik walaupun Togog bukanlah wayang yang bersifat jahat karena Togog selalu menasehati para “bendara” nya supaya jangan semena-mena. Togog dianggap yang paling tua dari ketiga Dewa Utama ini.

      Lalu diciptakan Semar yang mirip dengan Togog dalam bentuk fisiknya, Semar diciptakan dari Kuning Telur yang terletak paling dalam dari 3 kesatuan telur, inti dari kehidupan yang hakiki. Semar digambarkan selalu mengabdi kepada para Ksatria dan manusia utama, semar juga ditemani oleh 3 punakawan yang dianggap anaknya, Bagong, Gareng dan Petruk.

      Terakhir yang diciptakan dari putih telur yaitu Batara Guru, Bos besar dewata berkedudukan di Kahyangan, bertangan empat [ini karena perlu tangan tambahan saat dia ingin menangkap istrinya]. Batara Guru diberi kewajiban untuk memimpin para Dewa, semua Dewa tunduk padanya.

      Kalau dilihat dari sisi fisik, dulunya Togog dan Semar diceritakan mempunyai wajah yang ngganteng dan senyum menawan, Cuma karena saling iri dan cemburu akhirnya lomba makan Gunung yang mengakibatkan mulutnya Togog jadi ndower tapi tidak bisa menelan gunung dan Semar sendiri perutnya buncit sehabis menelan gunung tersebut.

      Dalam falsafah wayang yang dikaitkan dengan logika berfikir, ketiga Dewa Utama ini sudah dari “sono” nya diciptakan seperti itu, Togog yang mengabdi kepada para Raksasa atau raja yang bersifat jahat itu sesuai dengan fungsi kulit telur, selalu bersentuhan dengan segala kekotoran tetapi tetap terpisah dari kekotoran itu sendiri, telur ya tetap telur walau berada dilumpur, begitu dibersihkan akan kembali kesifat telurnya yang bersih dari apapun yang melekat tadinya. Kotoran yang melekat pada kulitpun seakan menjadi “tidak sekotor” dibandingkan kalau kotoran itu berdiri sendiri.

      Semar sesuai dengan asalnya dari Kuning Telur memang diciptakan sebagi sumber dari segala kehidupan, kebenaran yang hakiki, inti dari semua wujud yang akan terjadi bila telur itu menetas. Itulah hakikinya seorang Satria, seorang yang berjalan dalam kebenaran tanpa dikotori oleh kotoran dari luar.

      Batara Guru yang ditengah-tengah yang berasal dari Putih Telur memang bertugas sebagai penyeimbang, perantara dan penjaga antara kulit dan kuning telur, antara kejahatan dan kebenaran, baik dan jahat. Sifat ini juga dipunyai Batara Guru yang sering diceritakan bertindak “jahat” memihak kejahatan atau bertindak tidak sesuai dengan pangkatnya sebagai raja para dewa. Sebetulnya itu dalam proses penyeimbang keadaan dunia.

      Itulah inti kesimbangan dari kehidupan yang diterjemahkan dalam bentuk suatu kesatuan asal, Telur, dan sifat dari ketiga Dewa Utama, Togog, Semar dan Batara Guru.

      Dalam kehidupan keseharian, kita bisa berpolah seperti konsep telur ini .. tahu mana yang jelek tanpa terlibat langsung dan tanpa menjadi jelek terutama dalam “laku” seperti Togog, bisa mengolah “hati” tetap dalam kebenaran seperti sifat Semar dan menentukan harus bertindak apa dengan “pikiran”, kadang harus bertindak keras terkesan “jahat” tetapi yang logis persis seperti Batara Guru ... bisakah keseimbangan falsafah yang ada dalam sebutir telur ini kita serap?.
      Lihat Selengkapnya
      20 April 2010 jam 3:27 ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar