Translate

Jumat, 21 September 2012

Ibuku adalah Sumber Kehormatan!


"Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu "
(lagu "Ibu"/Iwan Fals)




Hari ini, ya ibuku,
Adalah Hari Ibu, harimu ya ibuku ..
Ah, tanpa hari inipun, ibu, aku ingin tidur di pangkuanmu, wahai ibuku, seperti aku masih kecil dulu, dan engkau mengelusku dengan kasih sayangmu, yang seperti udara, kekal selama2nya dalam dada kehidupanku..

Ya ibuku .. ya ibuku
Alangkah mulianya hati seorang ibu, wahai kekasih, hingga surga seluas timur dan barat, masih tak lebih luas dari sebentuk telapak kakinya.
Itulah kaki yang telah berjalan jauh, seperti kata Iwan Fals, telah ribuan kilo.
Iwan menyanyi:
“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah.”

Ya ibuku .. ya ibuku
Saat aku menulis ini, ya ibuku, engkau baru pulang dari rumah sakit, maka sembuhkanlah ibuku ya Allah …
Ibuku, adalah pikiranku, hatiku, jantungku ..
Dan hari ini, 22 Desember, ingin tidur di pangkuanmu, ya ibuku, dan engkau bacakan dongeng indah tentang cinta dari buku-buku Kahlil Gibran, seperti waktu aku kecil dulu.
Ibukulah yang memperkenalkan buku Kahlil Gibran, sebuah buku saku terjemahan, judulnya “Sayap-Sayap Patah” . Saat itu, aku menginjak bangku SMP, di kota Malang, dan ibuku bekerja di sebuah SMA, dengan ikhlas dan ridho Tuhan.


Iwan Fals bernyanyi:
“Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....”

Kegembiraanku, adalah kegembiraan ibuku, pun kesukaan ibuku akan aku sukai.
Yang membencinya, akan aku benci, pun yang memusuhi, akan diperangi oleh ibuku.
Sejak kecil, hingga aku menulis ini, ibu melindungi dengan doa-doanya yang indah, Subhanallah ..
Bila aku mau pergi kerja, kuusap rambut ibuku yang memutih – usia sdh 70-an thn --- kucium telapak tangannya berebutan dengan malaikat yang juga menciumnya, ------ dan saat itu aku Mencium Tangan Keabadian.
Ridho seorang ibu, adalah ridho Allah.

Ibuku juga, yang membawaku ke seorang kiai, di saat-saat paling kritis dalam hidupku, 13thn lalu, dan untuk pertama kali aku mendapat ijazah wirid doa Nabi Kidlir, yang terus aku amalkan, pun berkat doa ibuku, maka tersingkaplah tabir cahaya yang tersembunyi di cahaya, tabir kebenaran yang disembunyikan kebenaran …
Bila Tuhan mengijinkan tiap orang memilih malaikat sendiri2 dalam hidupnya, atau menentukan nabinya sendiri dalam hidupnya, maka aku akan memilih ibuku …

Ya ibuku .. ya ibuku ..
Seperti udara kasih yang kau berikan …
Bahkan lebih … bahkan lebih ..


Ya ibuku .. ya ibuku ..
Ibuku yang membawaku dalam kebebasan pikiran, membebaskan aku bertemu banyak pergaulan, banyak pemikiran, dengan ibuku, hatiku tak pernah tidur, dan ibuku tak pernah tertidur ketika menjagaku, sampai sekarang.

Ibuku, adalah keindahan, cinta dan kemurahan hati kehidupan, kebebasan dan kasih sayang, yang begitu besar tercurahkan, karena darinya aku lahir, dan kepadanya aku mengabdi.
Keramatlah ibuku di hatiku
Keramatlah ibuku di kalbuku

Rhoma Irama, si satria bergitar, menulis lagu “Keramat” , dengan lirik begini:
“Hai manusia, hormati ibumu
Yang melahirkan dan membesarkanmu
Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyayangimu tanpa ada batasnya.”

Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih yang kau berikan…

Sungguh terpuji orang yang memuliakan dan memuji ibunya, dan terpujilah seorang ibu yang mengasuh, melindungi, membesarkan dan memberi makanan ruh bagi anak-anaknya.
Ibuku berjalan di depan, bersama anak2nya yang berjalan!
Hingga kami tak pernah merasa takut, karena ibuku, hard women ini, adalah sumber dari segala sumber kehidupanku.

Rhoma Irama bernyanyi:
“Doa ibumu dikabulkan Tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan
Ridla Ilahi karena ridlanya
Murka Ilahi karena murkanya
Bila kau sayang pada kekasih
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada ibumu.”





Ya . ibuku .. ya ibuku

Seperti udara kasih yang kau berikan, ya ibuku…!
Doa ibuku membawa dan membimbing ruhku mencapai singgahsana Tuhan, untuk diberkati, diridhoiNya, dengan doa-doanya yang meratap dan berlinang air mata, di sepertiga malam.
Ibuku bilang, “Nak, bila engkau luar kota ada kerjaan, tiap tengah malam, ibumu ini bangun dan wiritan untukmu nak, Insya Allah, Kabul semua hajatmu, sak tingkah polahe (segala tindak tanduk) mu diijabani Gusti Allah, aku ini nak yg melahirkanmu, aku ridho nak, aku ridho …”

Bila mengingat saat2 begitu, berdua dengan ibuku, aku ingin menangis, ingin jatuh di pangkuannya, lalu diusap oleh tangan bercahaya milik ibuku ini, yang penuh berkah ini.

Ya ibuku ..

“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”
(“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah kedua nya sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil dulu ..)

Ya ibuku .. ya ibuku ..
Seperti udara kasih yang kau berikan, ya ibuku ..
Ibu adalah sumber pengetahuanku..
Ibu adalah akal, jiwa dan ruhku ..
Ibu adalah sumber Kebenaran!
Ibu adalah sumber Keabadian!
Ibu adalah sumber Kasih Sayang!
Kasih sayang ibuku, tak mengenal waktu.
Bahkan kasih sayang ibuku, membuka semua tabir Kehidupan!

Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih yang kau berikan…

Ibuku adalah Sumber Kehormatan!
ibuku yang membangun rumah hatiku, rumah ruhku, rumah kalbuku, yang dihiasi oleh keindahan dongeng-dongengnya, dilapisi emas doa-doanya, dikuatkan tegaknya iman yang didirikan untuk keluarganya.


Ya ibuku . ya ibuku …
Meyakini perpisahan dan kematian adalah iman, tapi suatu saat nanti bila aku berpisah dengan ibuku, itulah perpisahan dunia ekdua yang paling menyedihkan sepanjang hidupku, setelah aku kehilangan almarhum ayahku, alm Chambali, ----anak yatim yang sejak kecil hidup di langgar (musholla) di desanya, dan beliau bisa sekolah atas bea siswa dari pemerintah hingga kerja --- yang tutur katanya dan tauladannya adalah tiang agama keluarga kami yang ditinggalkannya.


Ya ..ibuku .. ya ibuku ..
Hari ini, 22 Desember, Hari Ibu, dan aku menulis esai ini untukmu ya ibuku ..
Ibuku adalah cakrawala pikiran-pikiranku, sosok yang mengajari kesabaran, sekaligus keberanian, yangkuat menghadapi kesulitan yang menyedihkan, pun mampu bangkit menghadapi segala derita, hingga kami selalu dimenangkan Tuhan, melawan kelemahan dan kekurangan kami sendiri!

Rhoma Irama bernyanyi:
“Tiada keramat yang ampuh di dunia
Selain dari doa ibumu jua.”

Ibuku ya ibuku ..
Kasih sayang ibuku adalah wujud nyata cinta kasih Tuhan!
Kasih sayang ibuku, adalah tunas pesona jiwa, tunas keberkahan, tunas ridho dan ampunan Tuhan.

Ya ibuku . ya ibuku …

Kasih sayang ibuku datang dari kedalaman kemuliaan dan keluhuran budi pekerti seorang wanita, yang menyentuhku dengan hati kebahagiaan dan iman, dengan kerendahan hati alam!
Ibuku tak pernah mengajari kami bersembunyi di dalam kegelapan; ---- seperti tikus got yang hidup di gorong2 penuh kegelapan -- tapi ibuku membawa kami seperti anai-anai , yang mencari sumber cahaya, sekalipun hingga mati.
Dari ibuku, kami haus ilmu kebenaran, pun dari ibuku kami selalu haus ilmu keimanan.

ya ibuku .. ya ibuku ..

Mencintaimu adalah takdir kebenaran
Mencintaimu ibarat solat, yang tanpa gerakan!
Mencintaimu, adalah zakat kehidupan, yang tanpa harus member santunan!
Mencintaimu, adalah keberkahan, ibarat bepergian haji, hanya berbekal iman.

Mencintaimu adalah ridho dan kasih sayang Tuhan.

Air mata ibuku, saat beliau bersedih, adalah air yang mendidih bagiku, adalah gelagak darah kemarahanku, pada siapapun yang menyakitinya!
Begitu pula sebaliknya, air mata kebahagiaanku, adalah kebahagian ibuku pula.
Dan semua ibu, niscaya, akan berbahagi, bila melihat anak-anaknya hidup bahagia, ---- seperti sebuah pohon keramat yang mencintai ranting-rantingnya!

Ya ibuku .. ya ibuku

Seperti udara kasih yang engkau berikan .. ya ibuku ..

Begitu mulianya seorang ibu, Kahlil Gibran, menulis prosanya sebagai berikut:

“Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya.
Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta,
kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya,
ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasamerestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya.
Pepohonandan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.Penuh cinta dan kedamaian.”

Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih yang kau berikan…
Tak mampu ku membelas ..
Ya ibuku ..
Ya ibuku ..



....... aku di pangkuan ibuku ... seperti udara kasih yang kau berikan .. ya ibuku .. ya ibuku . ..