"Seperti udara...
kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku
membalas...ibu...ibu "
(lagu "Ibu"/Iwan Fals)
Hari ini, ya ibuku,
Adalah Hari Ibu,
harimu ya ibuku ..
Ah, tanpa hari inipun,
ibu, aku ingin tidur di pangkuanmu, wahai ibuku, seperti aku masih kecil dulu,
dan engkau mengelusku dengan kasih sayangmu, yang seperti udara, kekal
selama2nya dalam dada kehidupanku..
Ya ibuku .. ya ibuku
Alangkah mulianya hati
seorang ibu, wahai kekasih, hingga surga seluas timur dan barat, masih tak
lebih luas dari sebentuk telapak kakinya.
Itulah kaki yang telah
berjalan jauh, seperti kata Iwan Fals, telah ribuan kilo.
Iwan menyanyi:
“Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau
tapak kaki, penuh darah... penuh nanah.”
Ya ibuku .. ya ibuku
Saat aku menulis ini,
ya ibuku, engkau baru pulang dari rumah sakit, maka sembuhkanlah ibuku ya Allah
…
Ibuku, adalah
pikiranku, hatiku, jantungku ..
Dan hari ini, 22
Desember, ingin tidur di pangkuanmu, ya ibuku, dan engkau bacakan dongeng indah
tentang cinta dari buku-buku Kahlil Gibran, seperti waktu aku kecil dulu.
Ibukulah yang
memperkenalkan buku Kahlil Gibran, sebuah buku saku terjemahan, judulnya
“Sayap-Sayap Patah” . Saat itu, aku menginjak bangku SMP, di kota Malang, dan
ibuku bekerja di sebuah SMA, dengan ikhlas dan ridho Tuhan.
Iwan Fals bernyanyi:
“Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan
apa membalas...ibu...ibu....”
Kegembiraanku, adalah
kegembiraan ibuku, pun kesukaan ibuku akan aku sukai.
Yang membencinya, akan
aku benci, pun yang memusuhi, akan diperangi oleh ibuku.
Sejak kecil, hingga
aku menulis ini, ibu melindungi dengan doa-doanya yang indah, Subhanallah ..
Bila aku mau pergi
kerja, kuusap rambut ibuku yang memutih – usia sdh 70-an thn --- kucium telapak
tangannya berebutan dengan malaikat yang juga menciumnya, ------ dan saat itu
aku Mencium Tangan Keabadian.
Ridho seorang ibu,
adalah ridho Allah.
Ibuku juga, yang
membawaku ke seorang kiai, di saat-saat paling kritis dalam hidupku, 13thn
lalu, dan untuk pertama kali aku mendapat ijazah wirid doa Nabi Kidlir, yang
terus aku amalkan, pun berkat doa ibuku, maka tersingkaplah tabir cahaya yang
tersembunyi di cahaya, tabir kebenaran yang disembunyikan kebenaran …
Bila Tuhan mengijinkan
tiap orang memilih malaikat sendiri2 dalam hidupnya, atau menentukan nabinya
sendiri dalam hidupnya, maka aku akan memilih ibuku …
Ya ibuku .. ya ibuku
..
Seperti udara kasih
yang kau berikan …
Bahkan lebih … bahkan
lebih ..
Ya ibuku .. ya ibuku
..
Ibuku yang membawaku
dalam kebebasan pikiran, membebaskan aku bertemu banyak pergaulan, banyak
pemikiran, dengan ibuku, hatiku tak pernah tidur, dan ibuku tak pernah tertidur
ketika menjagaku, sampai sekarang.
Ibuku, adalah
keindahan, cinta dan kemurahan hati kehidupan, kebebasan dan kasih sayang, yang
begitu besar tercurahkan, karena darinya aku lahir, dan kepadanya aku mengabdi.
Keramatlah ibuku di
hatiku
Keramatlah ibuku di
kalbuku
Rhoma Irama, si satria
bergitar, menulis lagu “Keramat” , dengan lirik begini:
“Hai manusia, hormati ibumu
Yang
melahirkan dan membesarkanmu
Darah dagingmu dari air susunya
Jiwa ragamu dari kasih-sayangnya
Dialah manusia satu-satunya
Yang menyayangimu tanpa ada batasnya.”
Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih
yang kau berikan…
Sungguh terpuji orang
yang memuliakan dan memuji ibunya, dan terpujilah seorang ibu yang mengasuh,
melindungi, membesarkan dan memberi makanan ruh bagi anak-anaknya.
Ibuku berjalan di
depan, bersama anak2nya yang berjalan!
Hingga kami tak pernah
merasa takut, karena ibuku, hard women ini, adalah sumber dari segala sumber
kehidupanku.
Rhoma Irama bernyanyi:
“Doa ibumu dikabulkan Tuhan
Dan kutukannya jadi kenyataan
Ridla Ilahi karena ridlanya
Murka
Ilahi karena murkanya
Bila kau sayang pada kekasih
Lebih sayanglah pada ibumu
Bila kau patuh pada rajamu
Lebih patuhlah pada
ibumu.”
Ya . ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih
yang kau berikan, ya ibuku…!
Doa ibuku membawa dan
membimbing ruhku mencapai singgahsana Tuhan, untuk diberkati, diridhoiNya,
dengan doa-doanya yang meratap dan berlinang air mata, di sepertiga malam.
Ibuku bilang, “Nak,
bila engkau luar kota ada kerjaan, tiap tengah malam, ibumu ini bangun dan
wiritan untukmu nak, Insya Allah, Kabul semua hajatmu, sak tingkah polahe
(segala tindak tanduk) mu diijabani Gusti Allah, aku ini nak yg melahirkanmu,
aku ridho nak, aku ridho …”
Bila mengingat saat2
begitu, berdua dengan ibuku, aku ingin menangis, ingin jatuh di pangkuannya,
lalu diusap oleh tangan bercahaya milik ibuku ini, yang penuh berkah ini.
Ya ibuku ..
“Rabbighfir lii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii
shaghiiraa”
(“Ya Tuhanku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku, dan
sayangilah kedua nya sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil
dulu ..)
Ya ibuku .. ya ibuku
..
Seperti udara kasih
yang kau berikan, ya ibuku ..
Ibu adalah sumber
pengetahuanku..
Ibu adalah akal, jiwa
dan ruhku ..
Ibu adalah sumber
Kebenaran!
Ibu adalah sumber
Keabadian!
Ibu adalah sumber
Kasih Sayang!
Kasih sayang ibuku,
tak mengenal waktu.
Bahkan kasih sayang
ibuku, membuka semua tabir Kehidupan!
Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih
yang kau berikan…
Ibuku adalah Sumber
Kehormatan!
ibuku yang membangun
rumah hatiku, rumah ruhku, rumah kalbuku, yang dihiasi oleh keindahan
dongeng-dongengnya, dilapisi emas doa-doanya, dikuatkan tegaknya iman yang
didirikan untuk keluarganya.
Ya ibuku . ya ibuku …
Meyakini perpisahan
dan kematian adalah iman, tapi suatu saat nanti bila aku berpisah dengan ibuku,
itulah perpisahan dunia ekdua yang paling menyedihkan sepanjang hidupku,
setelah aku kehilangan almarhum ayahku, alm Chambali, ----anak yatim yang sejak
kecil hidup di langgar (musholla) di desanya, dan beliau bisa sekolah atas bea
siswa dari pemerintah hingga kerja --- yang tutur katanya dan tauladannya
adalah tiang agama keluarga kami yang ditinggalkannya.
Ya ..ibuku .. ya ibuku
..
Hari ini, 22 Desember,
Hari Ibu, dan aku menulis esai ini untukmu ya ibuku ..
Ibuku adalah cakrawala
pikiran-pikiranku, sosok yang mengajari kesabaran, sekaligus keberanian,
yangkuat menghadapi kesulitan yang menyedihkan, pun mampu bangkit menghadapi
segala derita, hingga kami selalu dimenangkan Tuhan, melawan kelemahan dan
kekurangan kami sendiri!
Rhoma Irama bernyanyi:
“Tiada keramat yang ampuh di dunia
Selain dari doa ibumu
jua.”
Ibuku ya ibuku ..
Kasih sayang ibuku
adalah wujud nyata cinta kasih Tuhan!
Kasih sayang ibuku,
adalah tunas pesona jiwa, tunas keberkahan, tunas ridho dan ampunan Tuhan.
Ya ibuku . ya ibuku …
Kasih sayang ibuku
datang dari kedalaman kemuliaan dan keluhuran budi pekerti seorang wanita, yang
menyentuhku dengan hati kebahagiaan dan iman, dengan kerendahan hati alam!
Ibuku tak pernah
mengajari kami bersembunyi di dalam kegelapan; ---- seperti tikus got yang
hidup di gorong2 penuh kegelapan -- tapi ibuku membawa kami seperti anai-anai ,
yang mencari sumber cahaya, sekalipun hingga mati.
Dari ibuku, kami haus
ilmu kebenaran, pun dari ibuku kami selalu haus ilmu keimanan.
ya ibuku .. ya ibuku
..
Mencintaimu adalah
takdir kebenaran
Mencintaimu ibarat
solat, yang tanpa gerakan!
Mencintaimu, adalah
zakat kehidupan, yang tanpa harus member santunan!
Mencintaimu, adalah
keberkahan, ibarat bepergian haji, hanya berbekal iman.
Mencintaimu adalah
ridho dan kasih sayang Tuhan.
Air mata ibuku, saat
beliau bersedih, adalah air yang mendidih bagiku, adalah gelagak darah
kemarahanku, pada siapapun yang menyakitinya!
Begitu pula
sebaliknya, air mata kebahagiaanku, adalah kebahagian ibuku pula.
Dan semua ibu,
niscaya, akan berbahagi, bila melihat anak-anaknya hidup bahagia, ---- seperti
sebuah pohon keramat yang mencintai ranting-rantingnya!
Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih
yang engkau berikan .. ya ibuku ..
Begitu mulianya
seorang ibu, Kahlil Gibran, menulis prosanya sebagai berikut:
“Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir
manusia.
Dan “Ibuku” merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang
memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya.
Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa,
rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta,
kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibunya,
ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasamerestui dan
memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam
merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya.
Pepohonandan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan
dan bebijian.
Ibu
adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.Penuh cinta dan kedamaian.”
Ya ibuku .. ya ibuku
Seperti udara kasih
yang kau berikan…
Tak mampu ku membelas
..
Ya ibuku ..
Ya ibuku ..
....... aku di
pangkuan ibuku ... seperti udara kasih yang kau berikan .. ya ibuku .. ya ibuku
. ..