Translate

Jumat, 29 April 2011

Ingin hidup Bahagia ?

Ingin hidup Bahagia ?

oleh Soma Jenar pada 17 Februari 2010 jam 23:41


Siapa yang tidak ingin hidup bahagia, pasti sebagian dari kita menginginkanya, tapi datang dari mana kebahagiaan hidup ini ?

Sebagian dari kita pastilah mepunyai pendapat bahwa kebahagiaan hidup itu bisa diraih dari sebua kecukupan, baik kecukupan materi atau lain lainnya, apakah benar demikian?

Selama ini Olive selalu bertanya kemana mana tentang upaya mendapatkan kebahagiaan itu, semakin olive cari semakin semu dan tak jelas saja, kepada guru, sahabat, pendeta semua sudah olive tanyakan, dan semua itu belum memuaskan dahagaku akan sebuah jawaban tentang arti hidup yang bahagia.

Sengaja olive angkat judul ini, guna sedikit berbagi dari sebuah hasil pencarian atas sebuah jawaban itu, dan akhirnya olive justru mendapatkannya dari seorang yang tidak masuk katagoriku sebelumnya, dia bukan sahabat, bukan guru, bukan pendeta, atau orang yang tergolong cerdik cendekia, namun hanya seorang nenek tua pemlung yang kebetulan duduk di sebuah halte bis saat olive menunggu bis yang selalu kutumpangi.

Awlnya seorang nenek tua pemulung ini tidak menjadi perhatianku, namun lama kelamaan karena bis yang kutunggu tunggu tak kunjung datang juga, akhirnya nenek tua renta pemulung ini menyita perhatianku pula, apa yang membuatku demikian ?, hamper 2 jam aku duduk di shelter ini,aku takmelihat nenek tua pemulung ini bergeming dari tempat duduknya, hanya asing dengan barang barang bekas yang dikumpulkannya,juga tidak ada upaya untuk meminta minta sedekah dari setiap orang yang melintas dihadapannya, suatu pemandangan yang cukup membuat olive bertanya Tanya didalam hati, apakah kehidupan nenek tua renta pemulung ini sudah bahagia, sehingga iapun tak berupaya meminta minta sedekah kepada yang lain ?, belum lagi terjawab semua pertanyaanku ini ternyata,nenek tua ini sudah menegurku lebih dahulu,” Nak,sedari tadi nenek perhatikan kamu hanya duduk termenung, apa bis yang anak tunggu belum ada ?” ucap nenek ini.

Spontan olive menjawab,”Eh iya nek, belum kunjung datang dari tadi, biasanya banyak, tapi entah mengapa kok sekarang jarang ya ?”.

Pasti kamu haus ya, ini nenek punya minuman air kemasan gelasan yang belum nenek minum, bersih kok, lumayan untuk mengilangkan dahagamu nak!, spontan kekagetanku yang kedua kalinya, ternyata nenek ini mau berbagi kepadaku yang hannya seorang anak dengan seragam sekolah SMU yang sedang menunggu bis yang biasa dinaikinya.

Tanpaingin mengecewakannya olive terima pemberian nenek ini, sambil mengucapkan terima kasih, dan memang saat itu olive merasakan haus yang cukup mencekik leherku.

Akhirnya olive memberanikan diri duduk disebelah nenek tua renta pemulung ini, sambil mengeluarkan bekal buah jeruk yang dibawakan mamaku tadi pagi yang belum sempat kumakan, “ini nek, saya ada buah jeruk buat nenek, lumayan untuk membalas kebaikan nenek yang sudah memberiku segelas air putih yang sangat menyegarkan tenggorokanku”.

Dengan disambut sebuah senyuman hangat, nenek ini menerima pemberianku, (hi…hi…, seakan barter saja kilah pikiran di benakku).

Tetap sambil menunggu bis yang biasa kutumpangi datang, maka olive sengaja mengobrol dengan nenek ini, dengan diawali sebuah pertanyaan, “nenek punya keluarga ?” tanyaku. “Tidak”, jawabnya tegas. Terdiam olive sesaat,kuatir nenek ini tersinggung dengan pertanyaanku barusan, namun sebuah senyuman tergerai lagi dibibir nenek tua ini, sambil berkata,”Tak usah merasa bersalah nah atas pertanyaanmu tadi, nenek tidak marah kok!”. Untuk kesekian kalinya aku dibuat kaget oleh mahluk dihadapanku ini, sepertinya untuk kesekian kalinya nenek tua ini sepertinya bias membaca semua pikiranku, siapakah gerangan dia ini ? ucapku dalam hati.

Dengan agak sedikit tersipu olive tersenyum membalas pembicaraan nenek tua ini.

“Kenapa nak, ada sesuatu yang selalu menganjal hatimu?”Tanya nenek tua ini, kembali lagi olive terkaget, seolah benar benar nenek tua ini bias membaca pikiranku. Ya Allah Tuhan Bapa, makluk apa yang kau kirimkan dihadapanku ini, sehingga aku dibuatnya selalu terkejut dengan semua ucapannya…,gumamku dalam hati.

“Eh iya…nek, sebenarnya ada satu pertanyaan yang selama ini selalu kucari jawabannya, dan ini belum kutemukan jawaban yang bisa memuaskan hatiku”, jawabku dengan sedikit terbata.

“Apa itu nak ?”.

“Ini nek, sebenarnya hidup bahagia itu yang seperti apa?”, karena semua jawaban yang aku terima pasti ada kaitannya dengan kecukupan materi dan lain lainnya, dan ini belum memberikan kepuasan atas awaban dari pertanyaanku ini.

Sambil tersenyum lagi nenek ini melirik kewajahku,…..,”Sengguhnya anak sudah menemukan jawaban itu, bahkan sudah mendapatkannya !” ucap nenek ini.

Dengan kekagetanku yang sudah kesekian kalinya, yang sanga membuatku terhenyak henyak dibuatnya, tanpa bisa kututupi lagi.

“Ah !!…mana mungkin bisa begitu nek!”, aku belum menyadarinya,ucapku.

“Ini !!”……, sambil mengambil buah jeruk yang sudah kuberikan kepadanya.

Tambah bingung olive dibuatnya oleh ulah nenek tua ini…

Akhirnya setelah sekian lama kami mengobrol, barulah olive menyadari maksud dari semua ini.

Inilah jawaban dari semua pertanyaanku selama ini tentang apa arti hidup bahagia yang kudapati dari obrolan yang cukup panjang dari seorang nenek tua renta seorang pemulung di sebuah halte bis.

Sebuah jawaban yang tak pernah kutemui dan terpikirkan sebelumnya, tapi dari seorang nenek tua pemulung ini,olive menjadi tahu atas jawaban semua pertanyaanku ini.

Nenek ini menjelaskan arti buah jeruk yang kuberikan kepadanya, inilah jawaban itu :


Lihatlah Kebaikan Orang Lain !!


Nasihat ini sama sekali tidak bermaksud agar anak selalu menyenangkan orang lain, karena sebenarnya anak takkan mampu melakukan itu. Namun lihatlah kebaikan orang lain agar hidup anak lebih produktif, lebih efektif dan lebih ringan.

Bila semua orang senang mencari-cari sisi buruk orang lain, maka dunia akan penuh dengan klebingungan. Anda akan berhadapan dengan puluhan nasehat, ratusan saran bahkan ribuan caci maki.

Hal ini berlaku pula pada diri anak. Selalu melihat keburukan orang lain akan membuat hidup anak menjadi kusam. Sedangkan dengan melihat kebaikan orang lain, hidup anak akan menjadi jauh kebih menyenangkan. Anak akan mempunyai lebih banyak waktu untuk menikmati hidup itu sendiri.

Kulit jeruk terasa pahit sedangkan isi jeruk terasa manis menyegarkan. Bukankah kita belajar dari alam? Kita mengupas dan menyingkirkan kulit jeruk yang pahit untuk mereguk kesegaran buah jeruk. Jika kita tak menyukai keburukan orang lain, maka singkirkanlah itu dari pikiran anak.

Berusahalah untuk senantiasa mencari kebaikan. Dan temukan itu pada setiap orang yg hadir dalam hidup anak. Dan nikmatilah hidup anak yang berkualitas. Tuhan memberkati.

Inilah sebuah pengalaman yang olive alami sepulang sekolah tiga hari yang lalu, ternyata semua nasihat seorang nenek tua renta ini sangat mengena dihatiku, namun ada sebuah kesedihan pada hatiku, saat tadi siang olive kembali menunggu bis di halte yang sama, olive berharap sekali bejumpa lagi dengan nenek tua renta pemulung itu, namun tak pernah kujumpai lagi, bahkan kutanyakan pada pedagang rokok yang magang tak jauh dari halte itu, tak mengetahui keberadaan seorang pemulung nenek tua renta yang kusebutkan ciri cirinya, kata pedagang rokok itu, memang tak pernah ada ciri ciri pemulung yang ada disekitar halte itu seperti yang kumaksud.

Apakah ini sebuah kebetulan atau semua rahasia Tuhan untuk memberikan jawabannya atas semua pertanyaanku ini, melalui sosok seorang nenek tua renta yang berhati emas itu???.

Demikian sedikit tulisan berbagi kasih dari olive untuk semua pembaca Kompasiana.com, semoga bisa ada manfaatnya.


Salam dari saya, Olivia Anggraeni Putri.


Copy Paste Dari : oliviaanggraeniputri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar