Translate

Jumat, 29 April 2011

Filsafat ha-na-ca-ka-ra yang diungkapkan Paku Buwana IX

Filsafat ha-na-ca-ka-ra yang diungkapkan Paku Buwana IX

oleh Soma Jenar pada 09 Februari 2010 jam 2:34


Filsafat ha-na-ca-ka-ra yang diungkapkan Paku Buwana IX dikutip oleh Yasadipura sebagai bahan sarasehan yang diselenggarakan Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta pada tanggal, 13 Juli 1992. Judul makalah yang dibawakan Yasadipura adalah ” Basa Jawi Hing Tembe Wingking Sarta Haksara Jawi kang Mawa Tuntunan Panggalih Dalem Hingkang Sinuhun Paku Buwana IX Hing Karaton Surakarta Hadiningrat “. Dalam makalah itu dikemukakan oleh Yasadipura ( 1992 : 9 – 10 ) bahwa Paku Buwana IX memberikan ajaran ( filsafat hidup ) berdasarkan aksara ha-na-ca-ra-ka dan seterusnya, yang dimulai dengan tembang kinanthi, sebagai berikut:

Nora kurang wulang wuruk tak kurang piwulang dan ajaran
Tumrape wong tanah Jawi bagi orang tanah Jawa
Laku-lakune ngagesang perilaku dalam kehidupan
Lamun gelem anglakoni jika mau menjalaninya
Tegese aksara Jawa maknanya aksara Jawa
Iku guru kang sejati itu guru yang sejati

Ajaran filsafat hidup berdasarkan aksara Jawa itu sebagai berikut :

1. Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada ” utusan ” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasat manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia ( sebagai ciptaan )

2. Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data ” saatnya ( dipanggil ) ” tidak boleh sawala ” mengelak ” manusia ( dengan segala atributnya ) harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan

3. Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup ( Khalik ) dengan yang diberi hidup ( makhluk ). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok ” tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan. Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan ” sekedar menang ” atau menang tidak sportif.

4. Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.


Anda juga dapat mepelajari falsafah kuno mengenai HANACARAKA pada kitab sbb:

PUSTAKA
WEDHA SASANGKA
Kababar Dening :
KANGJENG GUSTI BENDARA
RADEN ADJENG DHENOK SURJANINGSIH
(Ngeksiganda Nagri 1643)
Rinukti Saha Rinumpaka Dening :
SESANGGAWIRJA
Sengkalaning Tjandra
SAPTA RASA MALEBENG PERTIWI
Utawi
WIWARANING TJEPURI HESTHINING DJAGAD
(Tahun Masehi 1967 utawi Tahun Saka 1988)

· · Bagikan · Hapus
    • Karlina Lala aq suka tuh nama2 kitab nya,,, bagus bgt,,itu nama org juga kan mas....??
      09 Februari 2010 jam 2:56 ·
    • Soma Jenar yupp nama kitab juga pengarangnya dek...^.^
      09 Februari 2010 jam 3:02 ·
    • Utara Gelap
      Mas boleh bukunya..

      Tapi masih terbit ga yah..?

      Kalo jawa bukannya
      ... ho no co ro ko.Lihat Selengkapnya
      09 Februari 2010 jam 3:13 melalui Facebook Seluler ·
    • Soma Jenar wah... kalau bukunya rada susah nyarinya, hanya di perpustakaan radyaloka solo yg masih ada.;)
      ho no co ro ko itu vokal pengucapaannya, tapi kalau ditulisnya menurut EYD ha na ca ra ka, jadi huruf "a" dibacanya "o"...^.^
      09 Februari 2010 jam 3:18 ·
    • Utara Gelap
      Masih banyak mas, orang yang memakainya..

      Aku pernal bertemu orang tua yang meramal pake kata
      Ho no co ro ko

      ...Baru tau filsafat Paku buwana.Lihat Selengkapnya
      09 Februari 2010 jam 3:29 melalui Facebook Seluler ·
    • Niko Suwasnoko mz soma. nek plg gampang ki hanacaraka dipkai buat bhsa prokem anak2 jogja nggih.. apa bnr dr para 'pnjahat' utk sebuah kata2 sandi jmn dulu..?
      nggih to mas dab hehe
      09 Februari 2010 jam 17:23 melalui Facebook Seluler ·
    • Soma Jenar hehehe, kang noko boso walikan prokeme japemethe, kuwi mbiyen dadi bosone poro teliksandi....^.^
      09 Februari 2010 jam 23:10 ·
    • Retno Pembayun trims mas soma jenar..menambah wawasan ttg wulang wuruk bangsa kita
      10 Februari 2010 jam 11:38 ·
    • Dwi Wahyuningsih maturnuwun mas soma jenar.....menambah wawasan saya sebagai org jawa...
      10 Februari 2010 jam 15:31 ·
    • Wahyuni Shinta Utami bagus infonya,,ga banyak org yg tau kaya begituan lho..hehe
      18 Februari 2010 jam 18:32 ·
    • Pakdhe Boedhi hehhehe..inggih bu guru, meniko sedanten anamung sekilat info...menawi kerso... , sumonggo diajeng paring wejangan ingkang runtut lan runut...hihihi....(^_^)
      19 Februari 2010 jam 0:30 ·

Tidak ada komentar:

Posting Komentar